SURABAYA - analisapost.com | Toleransi sejati merupakan bentuk rasa hormat dan penghargaan, harusnya menjadi bagian penting dalam menjaga keberagaman.Tanpa itu akan susah mempertahankan dikala tidak ada sikap saling menghargai.

Munculnya beberapa ormas beraliran keras dan mengatasnamakan satu golongan dimana tindakan sering menyusahkan kaum minoritas. Sedangkan diskriminasi adalah salah satu bentuk intoleransi yang mencoba merusak apa yang disebut dengan HAM. Baik secara fisik ataupun mental, diskriminasi sepenuhnya tidak bisa dibenarkan.
Contoh kecil seperti kebebasan berpendapat atau berekspresi, jika dilanggar maka akan memberi dampak yang luar biasa bagi korbannya. Dengan begitu dibutuhkan ketegasan dari pemerintah. Paham radikal ini sering dijadikan alat dalam melunturkan toleransi antar umat beragama.
Untuk itu lah pengetahuan tentang bahaya radikal itu harus sering disampaikan melalui berbagai seminar kebangsaan seperti sarasehan menyambut 56 tahun Hari Komunikasi Sedunia yang digelar di Gereja St.Stefanus, jalan Manukan Rukun no 23 Surabaya dimulai pukul 11.00-14.00 pada hari Minggu (08/05/22)
Mengambil tema "Moderasi Hidup Beragama" menghadirkan Romo Skolastikus Agus Wibowo, Romo Vikep Kevikepan Surabaya Barat, Purba Laksana S, SH, Ketua Patriot Garuda Nusantara Markas Komando Wil.Jatim, Filipus Herman, Ketua Umum Persaudaraan Pencinta NKRI/PPNKRI, Pdt. Andri P, S.Si, MTs, PGIW Jawa Timur, serta Romo Timotheus Siga, Romo Kepala Paroki ST Stefanus Surabaya sebagai nara sumber.
Saat awak media Analisa Post datang untuk konfirmasi ke Rm. Wibowo di sampaikan bahwa,"Kita pastinya harus berjalan bersam-sama dengan teman, saudara untuk saling menghargai. Orang itu pikirnya harus selaras." ucap Romo.

"Dan yang paling penting adalah edukasi agar masyarakat tidak terjebak dengan ormas dengan mengatasnamakan agama dan menganggap dia lebih hebat dan pintar."tegasnya mengingatkan.
Romo kembali menambahkan,"Perlu diketahui negara kita itu negara konstitusi. Ada pancasila dan UUD jelas menjamin kebebasan dalam beribadah." tuturnya
Sedikit berbeda yang dikatakan oleh Filipus Herman sebagai Ketum Persaudaraan Pencinta NKRI ketika kita meninggalkan budaya otomatis akan kehilangan indentitas bangsa kita sendiri.
Oleh karena itu PP NKRI hadir,"Kita akan memperjuangkan pelestarian budaya, terutama kita akan lebur budaya Nusantara berikut budaya Tionghoa."terangnya
Lanjutnya,"Budaya Tionghoa bagian dari NKRI bukan luar NKRI. Dan itu harus diperjuangkan. Ketika kita tidak memperjuangkan pelestarian budaya maka doktrin - doktrin radikal akan mudah masuk." imbaunya
Sarasehan ini juga dihadiri wakil rakyat Dr. Jhonn Tamrun, SH, MH. Masyarakat berharap acara yang sangat bagus ini bisa diadakan secara rutin. Sehingga perbedaan yang ada dapat didengar pemerintah. Karena perbedaan itu merupakan sebuah titik awal ada toleransi dikota Surabaya.
"Perbedaan itu harus ada. Politik toleransi itu harus dilakukan. Intinya harus saling menghargai."Tegasnya menutup pembicaraannya kepada awak media Analisa Post.
Dari sisi budaya, Merry sebagai ketua dan penggiat budaya menyampaikan,"Kita kembali lagi ke budaya Pancasila untuk saling mencintai. Saling menghormati sebagai keluarga, saudara, masyarakat hingga rakyat Indonesia. Budaya merupakan indentitas bangsa, kita harus mempertahankan selamanya." kata wanita berparas cantik saat di temui.
Berharap masyarakat tidak saja tau akan Pancasila, tetapi masyarakat mau memahami makna dari PANCASILA dan mengerti akan arti Keberagaman, Kebersamaan wajib diutamakan agar tercipta keselarasan antar umat beragama.(Che/Dna)
Comments