Haul Ke-15 Gus Dur di Masjid Cheng Hoo Surabaya: Mahfud MD Soroti Hukum dan Demokrasi
- analisapost
- 20 Jan
- 2 menit membaca
Diperbarui: 21 Jan
SURABAYA - analisapost.com | Peringatan Haul ke-15 Gus Dur yang digelar di Masjid Cheng Hoo Surabaya pada Minggu (19/1/2025) malam berlangsung khidmat dan penuh semangat. Acara ini diinisiasi oleh komunitas Gusdurian Surabaya dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.

Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, Mahfud MD menyampaikan orasi kebangsaan dengan tema "Menajamkan Nurani Membela yang Lemah". Ia menekankan pentingnya menegakkan supremasi hukum dan menjaga nilai-nilai demokrasi yang telah diperjuangkan oleh Gus Dur, Presiden keempat Indonesia.
"Semangat Gus Dur dalam memperjuangkan keadilan, keberagaman, dan demokrasi adalah warisan besar yang harus kita lanjutkan. Demokrasi tanpa hukum akan menjadi liar, sedangkan hukum tanpa demokrasi akan menjadi represif. Keduanya harus berjalan seiring," ujar Mahfud MD di hadapan ratusan hadirin yang memadati masjid.
Mahfud juga menyoroti kondisi demokrasi di Indonesia saat ini yang menurutnya mengalami kemunduran. "Lembaga-lembaga survei di Indonesia cacat. Penegakan hukumnya juga buruk, sehingga keadilan sama sekali tidak tercapai," tegasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa Gus Dur adalah sosok yang selalu menganggap Indonesia sebagai berkah dari Allah yang harus dirawat melalui berbagai gerakan di bidang agama, ekonomi, politik, dan budaya.
Putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Wahid, menambahkan bahwa tema Haul ke-15 Gus Dur bertujuan untuk menajamkan nurani, bukan sekadar berburu kekuasaan.
"Kami berharap para pemimpin dan pejabat terinspirasi dari Gus Dur untuk bergerak berdasarkan nurani, bukan ambisi kekuasaan," ujar Alissa.

Sementara itu, Uskup Surabaya Romo Agustinus Tri Budi Utomo, yang akrab disapa Romo Didik, menyebut Haul Gus Dur sebagai momentum perjumpaan berbagai kelompok, agama, ras, dan suku.
"Haul Gus Dur tidak hanya milik Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga semua kelompok masyarakat yang berbeda, bersatu dalam kebersamaan," katanya.
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh lintas agama dan kepercayaan, seperti pendiri Masjid Muhammad Cheng Hoo, H.M.Y. Bambang Sujanto, Ketua PITI Jatim H. Haryanto Satryo, Arif Afandi, Eros Djarot, serta ribuan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Beragam kegiatan turut memeriahkan peringatan ini, mulai dari pembacaan tahlil, doa bersama, ceramah kebangsaan, hingga pagelaran seni budaya. Pesan-pesan toleransi dan perdamaian disampaikan melalui puisi dan musik Islami, memperkuat semangat persatuan dan keberagaman.
Salah satu peserta, Rina, mengungkapkan kekagumannya terhadap Gus Dur. "Beliau selalu membela kaum minoritas. Semangat beliau harus terus kita lanjutkan. Acara seperti ini penting agar generasi muda tetap mengingat jasa-jasa Gus Dur," ujarnya.
Peringatan Haul ke-15 ini bukan hanya menjadi ajang mengenang sosok Gus Dur, tetapi juga menjadi panggilan untuk melanjutkan perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan memperkuat solidaritas kemanusiaan. Gus Dur, dengan segala kebijaksanaan dan ketulusannya, tetap hidup dalam hati rakyat Indonesia lintas generasi.
Tetapi juga menjadi panggilan bagi masyarakat untuk melanjutkan perjuangan dalam menegakkan keadilan dan memperkuat solidaritas kemanusiaan. Gus Dur, dengan segala kebijaksanaan dan ketulusannya, tetap hidup dalam hati rakyat Indonesia.(Dna/Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comentários