DENPASAR - analisapost.com | Kasus yang melibatkan Atlas Beach Club di Bali mendapat sorotan luas setelah adanya visual yang menampilkan Dewa Siwa dalam sebuah pertunjukan di tempat hiburan tersebut menuai reaksi pro dan kontra di tengah masyarakat.

Kasus ini mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian mengecam keras pertunjukan yang dianggap melecehkan simbol suci Hindu, sementara yang lain melihat hal ini sebagai kekeliruan yang perlu diselesaikan dengan dialog dan pemahaman dan sebagian umat Hindu diam tak peduli hanya memberikan somasi benarkah demikian?
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), I Made Arka, S.Pd, M,Pd memberikan tanggapannya mengenai kontroversi ini. Hindu mengenal dua konsep Brahman atau Tuhan yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman.
Nirguna Brahman adalah tanpa bentuk, tanpa sifat, tak terbayangkan. Yang sudah ‘’sampai pada Nirguna Brahman’’ adalah para Jnani, Sanyasi, para penerima anugerah Ilahi atau Kripa, dan orang yang telah melampaui egonya.
Bagaimana halnya Saguna Brahman? Adalah wujud Tuhan/Brahman yang divisualisasikan, pertama secara deskriptif dan untuk menjembatani ketidakmampuan mencapai Nirguna Brahman, dibuatlah visualisasi dalam wujud arca, pahatan, lukisan, yang style-nya beragam-ragam sesuai kreativitas budaya dan estetika para penciptanya.
"Sebagai majelis agama, kita tentunya harus berpikir positif. Kita harus berpikir bijaksana dalam menghadapi situasi seperti ini. Bukan itu saja tetapi umat Hindu sangat takut dengan adanya Karma Pala atau hasil dari perbuatan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung," ujar Ketua PHDI saat ditemui awak media AnalisaPost, Selasa (11/2/25).
Konsep ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari
Karma Pala Positif
Prarabdha Karma Pala adalah hasil perbuatan dapat dirasakan dalam waktu dekat contoh: membantu orang lain ketika ia mengalami kesulitan.
Sancita Karma Pala adalah hasil perbuatan dalam kehidupan mendatang contoh: Beramal atau Dana Punya kepada yang membutuhkan.
Kriyamana Karma Pala adalah hasil perbuatan dalam kehidupan berikutnya contoh: menjaga kejujuran dan tidak menipu pekerjaannya serta sembahyang dengan tekun.
Karma Pala Negatif
Berbohong atau Menipu
Dengan melakukan hal tersebut, bisa jadi orang tersebut mendapat kecewa sehingga usaha merugi dan lain sebagainya.
Menyakiti Mahluk Hidup
Seseorang suka menyiksa hewan, seperti menendang anjing atau merusak sarang burung. Suatu hari, ia mengalami kejadian buruk seperti digigit anjing atau tertimpa cabang pohon yang patah dan lain sebagainya.
Tidak menghormati Orang Tua
Seseorang sering membentak dan tidak menghormati orang tuanya. Kelak, saat ia tua, anak-anaknya pun tidak menghormatinya dan meninggalkannya sendiri.
Malas bekerja dan Boros
Seseorang menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan dan boros menggunakan uang. Akibatnya, ia mengalami kesulitan ekonomi dan hidup dalam kemiskinan.
Dari contoh-contoh di atas, karma pala menunjukkan bahwa setiap perbuatan memiliki akibat. Oleh karena itu, ajaran Hindu mengajarkan untuk selalu melakukan karma baik (subha karma) agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik sekarang dan di masa depan.
Berdasarkan hal itu, Arka menegaskan bahwa PHDI telah mengambil langkah-langkah sesuai kewenangannya untuk menyikapi kasus tersebut.
"Kami bukan tidak berani melawan, tetapi kami memikirkan aspek karmapala (hukum sebab akibat dalam ajaran Hindu). Segala sesuatu harus dilihat dengan bijak dan tidak gegabah," tambahnya.
Hal tersebut telah disampaikan dalam rapat yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan pihak terkait, PHDI menyampaikan pentingnya menjaga harmoni di tengah keberagaman budaya dan agama di Bali.
"Hal-hal yang sudah terjadi tentunya menjadi pelajaran bersama. Kami berharap semua pihak dapat menjaga sikap saling menghormati, termasuk dalam ekspresi seni dan budaya." terangnya.
Di kesempatan yang sama, informasi yang didapatkan awak media AnalisaPost, Manajamen Atlas Beach Club, Rabu (5/2/2025), telah menghadap PHDI Bali, di Jl. Ratna Denpasar, diterima pengurus PHDI dan Tim Hukum PHDI Bali.
Disampaikan bahwa Delegasi manajemen dipimpin Tommy Dimas (Humas), Citra Yunita (Direktur Event & Entertainment), Putu Bunga (Humas), Arya Fathur (AVL), Vicha (AVL), Sandi (Show Direction), Gung Istri (HRD) menyampaikan permintaan maaf yang dalam atas kegaduhan akibat ditayangnya symbol Dewa Siwa di Atlas Beach Club.
"Slide itu secara tidak sengaja diputar oleh DJ (pemandu music) yang menyiapkan musik, dari folder yang disiapkan pegawai lain saat bertugas. Hal ini juga sudah dijelaskan di petugas Kepolisian Sektor Kuta maupun Polda Bali," Kata Arka.
"Mereka dari pihak Atlas Beach Club telah melakukan Guru Piduka atau upacara untuk permohonan maaf kepada Bhatara atau Tuhan YME yang telah ditimbulkan manusia," ungkapnya.
Delegasi Atlas Beach Club tersebut datang ke PHDI, atas somasi terbuka Tim Hukum PHDI Bali yang dipublikasi pada tanggal 2 Pebruari 2025. (Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comentários