SURABAYA - analisapost.com | Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, warga etnis Tionghoa di Surabaya mulai melaksanakan sembahyang leluhur sehari sebelum pergantian tahun. Tahun Baru Imlek 2576/4723 yang jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025.

Menurut tokoh agama dan ahli fengshui, Mr.Chan sembahyang leluhur yang dilakukan pada H-1 Imlek merupakan tradisi yang dijalankan oleh warga etnis Tionghoa setiap kali menyambut tahun baru.
"Sembahyang ini dilakukan di rumah masing-masing untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal," jelasnya, Rabu (28/1/25)
Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, sembahyang ini juga menjadi wujud rasa syukur serta doa agar diberikan keselamatan dalam menjalani tahun yang baru. Ritual ini biasanya dilakukan sejak pagi dengan menggunakan dupa, lilin merah, serta menyajikan makanan kesukaan leluhur.
Meja Sembahyang dan Persembahan
Persembahan untuk leluhur terbagi dalam dua jenis: yang dibakar dan yang tidak dibakar.
Menurut Mr. Chan tradisi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam.
"Meja persembahan dihiasi dengan beragam sajian, seperti buah-buahan, kue keranjang, teh, serta hidangan khas keluarga. Dupa dan lilin dinyalakan sebagai simbol penghormatan, sementara doa-doa dipanjatkan dengan penuh khidmat," terangnya kepada awak media AnalisaPost.

Dalam kepercayaan, roh leluhur diyakini tetap memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia, sehingga penghormatan kepada mereka menjadi bentuk menjaga hubungan spiritual.
"Penghormatan kepada leluhur juga mencerminkan nilai laku bakti. Dengan demikian, menghormati orang tua dan leluhur bukan hanya kewajiban, tetapi juga fondasi moral dalam kehidupan seseorang," tutur Mr.Chan.
Melalui penghormatan kepada leluhur, seseorang belajar untuk berbakti kepada orang tua, menghormati pemimpin, serta mengabdi kepada masyarakat. Oleh karena itu, sembahyang leluhur bukan sekadar tradisi, melainkan manifestasi dari nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi berikutnya.
Meylan,salah satu warga keturunan Tionghoa mengatakan bahwa tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan tetap dijaga hingga kini.
"Kami percaya bahwa leluhur selalu menyertai dan melindungi keluarga. Oleh karena itu, setiap malam Tahun Baru Imlek, kami berdoa agar mereka diberi kedamaian dan keluarga kami mendapat berkah di tahun yang baru," ujarnya.
"Selain sembahyang sebagai penghormatan kami membakar hio serta kertas emas yang diyakini sebagai bekal bagi arwah di alam sana. Tradisi sembahyang leluhur tidak hanya mempererat hubungan dengan keluarga yang telah tiada, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan warisan budaya," terangnya.
Dengan demikian, perayaan Tahun Baru Imlek menjadi lebih bermakna, karena sarat akan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan yang terus dijunjung tinggi.(Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments