DENPASAR - analisapost.com | Ngembak Geni atau satu hari setelah Nyepi, Selasa 12 Maret 2024 sekitar pukul 16.00 Wita menjadi momentum bagi kelompok muda-mudi warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar Bali.
Tradisi omed-omedan ini adalah ritual saling peluk-pelukan dan tarik-menarik secara bergantian antara dua kelompok berusia 17 hingga 30 tahun merupakan warisan leluhur yang masih dilestaraikan tiap tahunnya.
Dari pantauan awak media AnalisaPost, acara ini berlangsung meriah diikuti oleh ratusan muda-mudi warga setempat. mereka berpakaian adat Bali dan terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok laki-laki (teruna)dan kelompok perempuan (teruni).
Mereka saling mendorong sehingga dua pemuda dan pemudi yang paling depan bertemu dan berpelukan bahkan berciuman dan ditarik dengan yang lainnya dari belakang sambil disiram air.
Sebelum acara ini dimulai, mereka yang terpilih melakukan silahtuhrahmi yang dilanjutkan dengan persembayangan bersama.
Tradisi unik ini mengundang daya tarik wisatawan mancanegara dan domestik. Mereka memadati jalan raya untuk menonton kemeriahan tradisi ini.
I Made Sudama, selaku Kelian Adat Banjar Kaja, menyebutkan dalam bahasa Indonesia, Omed-omedan berarti tarik menarik yang telah dilakukan sejak abad ke-17.
"Filosofi omed-omedan ini ritual dalam tradisi bukan ajang untuk saling berciuman dan menjcari jodoh. Tetapi sebagai bentuk kebersamaan dan kekeluargaan warga usai Nyepi. Ini murni tradisi," katanya.
Sementara I Gede Sedana Ketua Panitia menginfokan, pelaksanaanya tahun ini dirangkaikan dalam Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF) dengan tema "Utsaha Jana Kerthi"
"Omed-omedan ini memiliki nilai sakral, yang harus dilestarikan. Ada beberapa kegiatan yang akan berlangsung yakni tari-tarian, musik, kuliner dan juga pameran dokumenter omed-omedan," ujarnya kepada awak media AnalisaPost.
Sebagai apresiasi hadir walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa. Menurutnya tradisi ini memiliki daya tarik kebudayaan dan pariwisata satu-satunya hanya ada di Banjar kaja Sesetan.
"Pemkot Denpasar memberikan apresiasi pada generasi muda yang telah ikut melestarikan warisan budaya seperti omed-omedan. Tentu penyelenggaraaannya harus terus di dukung sebagai kekayaan budaya di Kota Denpasar," jelas Arya Wibawa.
"Tradisi ini memang tidak boleh hilang, apalagi jika tidak diadakan akan terjadi kejadian mistis yang secara logika sulit diterima," tuturnya.
Sejarah Omed-Omedan
Diketahui pada abad ke-17, omed-omedan dimulai pada jaman kerajaan Puri Oka terletak di Denpasar Selatan. Saat itu raja sedang sakit dan dilarang membuat keramaian. Namun masyarakat tetap berinisiatif membuat permainan tarik-menarik. Lama-kelamaan tarik menarik berubah menjadi saling merangkul.
Aksi permainan ini membuat suasana gaduh, raja Puri Oka menjadi marah-marah. Ia merasa terganggu dengan suara berisik. Saat raja keluar dan melihat permainan Omed-omedan, ia malah tertawa dan sembuh dari penyakitnya.
Sejak itu sang raja memerintahkan agar permainan omed-omedan setiap tahun usai Nyepi atau Ngembak Geni diselnggarakan.
Sementara Ketua Pemuda Dharma Kerti, Banjar kaja Sesetan, I Ketut Angga Wijaya Kusuma mengatakan, bahwa dalam pelaksanaan prosesi ini wajib dilakukan dengan perasaan senang.
"Makna kegiatan ini adalah kami bisa menjalin silahtuhrahmi sesama saudara dan rekan kita. Jadi rasa saling memiliki, rasa persaudaraan terasa dekat. Tidak ada rasa malu yang kita alami ketika pelaksanaan tradisi ini," paparnya.
"Tapi sebelum dilakukan omed-omedan, kita melakukan sembayang bersama setelah itu kita membuat dua barisan putra dan putri. Untuk pesertanya itu rendom, kita tidak tahu mereka dari mana, tidak saling kenal. Disanalah terjalin silahtuhrahminya," ungkap Putu kepada awak media AnalisaPost usai kegiatan.
"Selaku ketua pemuda tiyang (saya) berharap seluruh muda mudi Dharma Kerti tetap melestarikan tradisi ini," tutupnya mengakhiri. (Dna/Che)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comments