SURABAYA - analisapoat.com | Makan Bergizi Gratis (MGB) merupakan salah satu program unggulan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Di Kota Surabaya MBG telah dimulai pada 13 Januari 2025 untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak di sekolah-sekolah dengan menyiapkan anggaran sebesar Rp 1 triliun yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Namun, implementasi awal program ini menuai sorotan karena tidak mencakup Sekolah Luar Biasa (SLB). Dari 10 lembaga pendidikan yang dipilih untuk uji coba, tidak satu pun merupakan SLB. Hal ini dinilai ironis oleh sejumlah pihak karena SLB juga seharusnya mendapatkan perhatian yang sama terkait kebutuhan gizi anak-anak berkebutuhan khusus.
"Belum ada MBG yang datang ke SLB Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB). Menurut kami ya sangat perlu namun kami hanya menunggu giliran kapan bisa di realisasikan," terang Eko Purwanto selaku Kepala Sekolah SMPLB-A dan SMALB-A YPAB Surabaya kepada awak media AnalisaPost saat di konfirmasi, Selasa (21/1/25).
Menurutnya untuk menikmati program MBG meskipun dalam masa uji coba, SLB juga membutuhkan perhatian dalam aspek gizi anak-anak didiknya. Dengan anggaran yang begitu besar, eksklusi terhadap SLB dalam program ini menjadi pertanyaan besar mengenai keadilan distribusi karena tidak semua anak disabilitas dapat mengkonsumsi makanan yang dikonsumsi anak-anak pada umumnya, salah satunya anak dengan sindrom autisme.
Terdapat prilaku diet khusus yang harus dijalani anak dengan autisme. Situs resmi Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan, menyebutkan bahwa anak dengan sindrom autisme rentan terhadap pengaruh gluten, kasein, phenol dan food aditive. Oleh karena itu hindari memberikan anak autis makanan dan minuman yang mengandung gluten, kasein, phenol dan bahan tambahan makanan.
"Selain dapat menunjang gizi anak untuk tujuan pendidikan, program ini juga diharap dapat menunjang kesehatan fisik dan psikis anak yang berasal dari kelompok kurang mampu. Kami menyadari bahwa sementara ini masih dalam tahap uji coba," ujarnya.

"Kami berharap program ini menjadi wujud nyata perhatian terhadap hak-hak anak disabilitas dengan memastikan mereka memiliki akses yang sama terhadap program pemerintah seperti anak-anak lainnya," harapnya.
Sebagai Kepala Sekolah SMPLB-A dan SMALB-A YPAB, mengharapkan Pemerintah Kota Surabaya dapat segera mengevaluasi pelaksanaan uji coba program ini karena anak-anak di SLB memiliki kebutuhan yang sering kali lebih kompleks, sehingga perhatian terhadap mereka dalam program seperti ini menjadi hal yang sangat penting.
"Memang program ini besar dan perlu perencanaan yang matang seperti yang dulu pernah di jalankan dari Yayasan makan siang gratis. Kemudian seminggu sekali di berikan susu namun karena kendala di dana, akhirnya berhenti sampai sekarang," ungkapnya.
Hal senada disampaikan guru olahraga Saif Ali. " SLB memiliki hak yang sama dengan sekolah lain. Ya seharusnya program seperti ini bisa di rasakan semua sekolah di Surabaya tanpa kecuali. Sampai saat ini kami belum mendapatkan program MBG tapi kami tidak apa-apa mungkin karena bertahap dan masih proses," ucapnya.
Ali menjelaskan bahwa tidak semua anak-anak berkebutuhan khusus bisa makan seperti anak-anak lainnya. "Ada beberapa hal yang wajib di perhatikan karena terdapat prilaku diet khusus yang harus dijalani anak-anak berkebutuhan khusus," imbuhnya.
Sebagai guru olahraga ia juga mengharapkan murid-muridnya mendapatkan hak yang sama. Meskipun sekolah ini terbilang tidak banyak siswanya, namun SLB YPAB memiliki banyak prestasi.
Tidak hanya pasrah menunggu kedatangan MBG, SLB YPAB yang memiliki peserta didik 25 SMP dan SMA anak-anak kebutuhan khusus juga mengaku pasrah terhadap jenis makanan yang akan mereka terima nanti.

LIza salah satu murid SLB YPAB mengatakan,"saya pingin merasakan program makan siang gratis bergizi di sekolah ini seperti teman-teman lainnya," kata gadis ini dengan polos kepada awak media AnalisaPost. Tanpa ada rasa beban, iapun menyampaikan isi hatinya.
Dengan adanya sorotan terhadap eksklusi SLB dalam uji coba ini, diharapkan pemerintah dapat memperbaiki kebijakan agar lebih inklusif dan adil. Semua anak, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan akses makanan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang mereka. (Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments