SMAN 9 Surabaya Gelar Diklat Dasar Jurnalistik Pelajar
top of page

SMAN 9 Surabaya Gelar Diklat Dasar Jurnalistik Pelajar

SURABAYA - analisapost.com | Mengambil tema "Kebangkitan Literasi Dalam mencerdaskan Anak Bangsa" bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional guna memaksimalkan kreativitas generasi muda dalam bersosial media, sekaligus menekan potensi hoax, bersama Komnas Perlindungan Anak Kota Surabaya, Perempuan Indonesia Maju dan AnalisaPost digelar kegiatan pelatihan Sinematografi, Public Speaking pada hari pertama, di hari kedua pelatihan Fotografi dan Dasar Jurnalistik.

Guslan Gumilang dari Jawa Post
Guslan Gumilang dari Jawa Post saat memberikan pelatihan fotografi jurnalistik (Foto: Div)

Selama 2 hari mulai tanggal 20-21 Mei kegiatan pelatihan digelar di Aula SMAN 9 jalan Kusuma Bangsa 48, Surabaya dihadiri oleh Ketua Perempuan Indonesia Maju Jawa Timur, Iis Hendro Gunawan, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Syaiful Bachri.SP, Ketua Institut Paud Surabaya, Tutik Purwaningsih, guru pembina dan diikuti 10 orang siswa siswi.


Sebagai pemateri Sinematografi, Fauzan Abdillah memberikan langkah-langkah pengambilan video, komposisi, bloking hingga praktek lapangan. Menurut Fausan ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjadi film, diantaranya perbanyak refensi dan pastinya sering nonton biar paham akan film.


"Jangan takut ketika membuat film karena semua bisa di lakukan dengan budget yang minim tetapi tetap perhatikan kualitas. Sinieas muda biasanya punya karakter kuat itu wajib di tonjolkan," ujar CEO Figuratif Swarna Media kepada awak media AnalisaPost saat dikonfirmasi.


Pria muda yang memiliki segudang pengalaman ini, ia juga guru di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya menambahkan, "Intinya wajib berkarya. Untuk teknik pengambilan gambar dan lain-lain perlu ditingkatkan. Adanya ajang ini diharapkan akan lebih paham tentang pengambilan gambar dan penulisan khususnya nulis naskah," tuturnya.


Ini dilakukan untuk memudahkan penyebaran informasi yang strategis, dan sangat cepat. Namun di sisi lain untuk memaksimalkan kreativitas generasi muda.

Fauzan Abdillah pemateri sinematografi CEO Figuratif Swarna Media (Foto: Div)

Hal yang sama disampaikan oleh Ika Chairani sebagai pemateri public speaking, "Kalau ingin menjadi seorang presenter harus di perhatikan penampilannya. Etika berbicara disesuaikan dengan kondisi yang ada.Jangan asal bicara, postur tubuh juga sangat mempengaruhi penampilan," pesannya.


Sementara itu Pembina Jurnalistik Sekolah SMAN 9 Surabaya, Tjatur Rosediany,S.pd mengatakan, kegiatan pelatihan sinematografi, publik speaking dan jurnalisik sangat bermanfaat bagi para pelajar. Dengan kemampuan dasar jurnalistik, diharapkan mampu untuk melakukan check dan recheck terhadap sebuah informasi.


"Dulu pernah ada ekskul jurnalis, tapi belum membuat video, semua berawal dari saya melihat foto anak-anak sangat bagus. Kemudian saya membentuk komunitas fotografi, videografi, menulis dan disain. Dengan adanya angkatan baru akhirnya kami berinisiatif untuk mengadakan diklat. Dan ini pertama kalinya kami diberikan pelatihan dengan orang-orang yang profesional," jelas Tjatur, wanita yang memiliki hobi menulis cerpen.


Wanita asal Surabaya ini juga menghimbau para siswa-siswi lebih aktif dan produktif. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan alat yang ada yaitu handphone.


"Saya senang dengan adanya pelatihan ini, berharap kedepan anak-anak bisa menulis dengan baik dan bisa menjadi bahan berita berbagai kegiatan di lingkungan sekolah maupun luar sekolah sesuai kaidah jurnalistik. Kamera memang mahal. Namun itu bukan jadi batasan kita untuk terus berkreasi dan berkarya. Selalu ada jalan untuk mau berkembang," imbuhnya.


Dihari kedua sebagai pemateri Guslan Gumilang dari Jawa Post memberikan pelatihan dasar fotografi dan dasar penulisan serta memberikan informasi seputar kegiatan para jurnalis dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

Ika Chairani (Tiga dari Kiri), Tjatur Rosediany,S.pd foto bersama usai pelatihan jurnalis (Foto: Div)

Dalam pelatihan setiap siswa mendapatkan berbagai materi, tidak hanya melalui lisan dan tulisan, mereka juga dituntut untuk bisa menguasai berbagai macam media agar tetap eksis. Salah satu media visual yang paling banyak digunakan adalah foto.


Guslan sebagai fotografer Jawa Pos memberikan pelajaran berharga bagi para peserta diklat. "Seorang jurnalis, kalau memotret foto itu punya makna dan bercerita. Kemudian caption harus jelas, begitu pula saat menulis berita jangan bertele - tele kosa katanya serta judul harus menarik sehingga pembaca tidak banyak bertanya,"paparnya


Pria lulusan Fakultas Hukum Unair, sebagai World Press Photo Netherlands 2007 Photojournalism merasa senang memberikan pelatihan di SMAN 9 Surabaya.


Peserta latihan diharuskan untuk mengenal kamera bagi yang memiliki kamera DSLR dan juga diajari langkah-langkah pengambilan foto mulai dari angel, exposure, compensation dan diakhiri dengan praktek lapangan. Meskipun berbekal handphone, mereka terlihat begitu antusias berburu gambar.


Setelah pengambilan gambar, lanjut kemateri penulisan. Mereka diharuskan untuk mempresentasikan karyanya dengan caption sesuai foto yang diambil. Dari presentasi muncul diskusi yang menarik. Mereka saling berkomentar dan memberikan masukan kepada teman-temannya sebagai pemantapan, di akhiri sesi tanya jawab.


Meskipun sebagian besar belum mengerti dengan pelatihan yang diberikan, namun karya mereka patut diapresiasi. Mengetahui hal ini, pemateri terus membina soft skil siswa siswi ini.


Adanya diklat tersebut diharapkan para siswa paham akan dunia jurnalistik serta bisa membedakan berita - berita yang tidak berbobot serta mampu membuat tulisan berkualitas sehingga menjadi penulis profesional dibidangnya. (Dna)


Dapatkan Update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com

141 tampilan0 komentar
bottom of page