Tragedi Sepak Bola Di Indonesia: "Patutkah Gas Airmata Digunakan"
top of page

Tragedi Sepak Bola Di Indonesia: "Patutkah Gas Airmata Digunakan"

MALANG - analisapost.com | Dunia sepak bola kembali berduka. Pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/22) ricuh. Berdasarkan informasi yang di dapat awak media Analisa Post, korban jiwa hingga kini yang terdata total 424 orang, 260 luka ringan, 39 orang luka berat, meninggal 125 orang.

Kericuhan diduga awalnya karena rasa kekecewaan sejumlah suporter Arema yaitu Aremania terhadap hasil di laga tersebut. Laga Derbi Jatim yang berlangsung pada Sabtu malam berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu Persebaya Surabaya.


"Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah. Apalagi sebelumnya tidak pernah kalah di kandang sendiri melawan Persebaya." ujar salah seorang suporter yang di sampaikan dalam pembicaraan lewat grup whatsapp kepada awak media Analisa Post.


"Ini yang menyebabkan polisi memberikan gas air mata. Kepanikan massal, penonton susah bernafas, dan akhirnya banyak yang mati terinjak-injak. Ini bukan kematian karena bentrokan antara pendukung tim lawan." ujarnya.


Setiap jalur exit untuk keluar stadion hanya memiliki lorong yang sempit. Untuk keluar, beberapa orang harus memanjat pagar setinggi sekitar lima meter, jumlah penonton melampaui kapasitas stadion hanya untuk 38 ribu penonton. Tapi panitia membiarkan stadion itu diisi oleh 42 ribu.


Dalam kondisi panik, jumlah manusia terlalu banyak yang bisa ditampung di satu lokasi, ikut menambah parah keadaan. Berita menyebar dalam kecepatan cahaya. Hal ini sama kejadiannya pada tahun 1964 di Peru yang menyebabkan kematian lebih dari 300 orang, sebagian juga disebabkan oleh kepanikan massal akibat gas air mata.


Dalam undang-undang Federation International Football Association (FIFA) yang tertulis pada pasal 19 b berbunyi "No firearms or crowd control gas, shall be carried or used (senjata api atau gas pengendali massa tidak boleh di bawa atau digunakan) menandakan adanya pelanggaran yang telah dilakukan.


FIFA melarang penggunaan gas air mata mengatasi kerusuhan sepakbola di stadion. Dengan jumlah kematian yang terlalu banyak, ini membuat FIFA akan bertindak.


Sanksi apa yang akan dijatuhkan FIFA untuk Indonesia? Ada delapan sanksi yang mungkin dilakukan, mulai dari yang berat hingga ringan.


Pertama: Menghentikan pertandingan liga Indonesia selama 8 tahun.

Kedua: Keanggotaan Indonesia di FIFA dicabut, untuk sementara waktu.

Ketiga: Piala Dunia U-20 di Indonesia yang menjadi tuan rumah akan dibatalkan.

Keempat: Timnas Indonesia dilarang bermain di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20 untuk sementara waktu.

Kelima: Menurunkan Poin Ranking FIFA Timnas Indonesia.Timnas Indonesia yang saat ini menempati 152 dunia bisa turun lebih jauh.

Keenam: Kompetisi Liga Indonesia dibolehkan tapi tanpa penonton untuk sementara waktu.

Ketujuh: Klub Indonesia dilarang bermain di Piala AFC dan Liga Champions Asia untuk sementara waktu.

Kedelapan: Memberikan warning sangat keras dan meminta PSSI membenahi diri.


Belum kita ketahui yang mana yang akan dijatuhkan FIFA. Penduduk Indonesia sangat gila bola. Makin berat sanksi FIFA, makin berat pula PSSI untuk bangkit kembali meningkatkan performance.


Kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab?


Sebelum pertandingan, Walikota Surabaya Eri Cahyadi sempat menghimbau agar para bonek tidak ke stadion Kanjurahan Malang. "Bonek bisa menonton Persebaya di Kota Pahlawan. Karena di sana tidak di beri kuota oleh panpelnya." ujarnya yang di sampaikan ke awak media.


Terbukti bonek mengadakan nobar di beberapa tempat. Tanpa kehadiran para pendukung tidak menyuluhkan niat kemenagan.


Sementara Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko menyampaikan duka mendalam terhadap korban tragedi Kanjuruhan. Rencana Pemkot Malang melalui BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) akan membuka posko pengaduan dan di buka 24 jam.


"Kami mengucapkan turut berduka atas kejadian di stadion Kanjuruhan, semoga arwahnya di terima di sisi Tuhan. Kami juga mendapat info bahwa banyak korban tidak bawa KTP. Kami juga membuka posko 24 jam." jelasnya yang disampaikan saat menghadiri acara rekor Muri Membatik Ciprat yang diikuti oleh 500 difabel. Wakil walikota Malang berharap kejadian ini tidak akan terulang kembali. (Che/Dna)



Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari analisapost.com


130 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page