Belasan Tahun Tak Dinafkahi Bapaknya, Salahkah Sultan Dilahirkan ?
top of page

Belasan Tahun Tak Dinafkahi Bapaknya, Salahkah Sultan Dilahirkan ?


Foto : Dokumentasi Pribadi

Jateng, Analisa Post | Nasibnya tak semujur namanya yang moncer jadi tagline kekinian di Media Sosial, Sultan...


Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang seibu sebapak, namun dua kakaknya yang ikut bersama ayahnya, dipastikan kondisi ekonominya lebih terjamin, karena sang ayah bekerja di sebuah perusahaan BUMN ternama.


Bagi sebuah keluarga, perceraian adalah kondisi terburuk di kehidupan, terutama bagi anak-anak. Mereka terpaksa dihadapkan pada pilihan pahit, terpaksa harus mengikuti keputusan orang tua, masing-masing harus ikut orang tua yang mana...


Ada yang merasa beruntung karena ikut bersama orang tua yang memang diinginkannya, ada juga yang beruntung karena orang tua yang diikutinya berkecukupan dari segi materi.


Namun dibalik itu semua, pasti ada yang hilang bagi anak-anak. Mereka kehilangan saudara, dan salah satu orang tuanya.

Itulah yang dialami Sultan, Anas, dan Jihan, yang kini masing-masing berumur 15, 20, dan 21 tahun, dari kedua orang tua Yuni dan MS.


Dikisahkan oleh Yuni, setelah perceraiannya dengan MS tahun 2008, anaknya yang paling kecil, Sultan, ikut dengannya yang kini tinggal pada sebuah desa di Pati Jawa Tengah, sedangkan kedua kakak Sultan, Jihan dan Anas ikut ayahnya, tinggal di Bekasi Jawa Barat.


Menurut Yuni, setelah perceraiannya itu, MS sama sekali tidak pernah memberikan nafkah untuk anaknya yang kini sudah berumur 15 tahun.

"Jangankan nafkah, komunikasi kami pun sudah tidak ada akses, anak-anak yang ikut dengannya dilarang menghubungi kami, padahal disini (Pati) kan ada saudara nya", kisahnya pada penulis beberapa waktu lalu.


Menurut Yuni, dirinya berkeyakinan bahwa perusahaan BUMN tempat MS bekerja memberikan tunjangan untuk anak-anak nya, tapi anehnya sang bapak tidak mau memberikan hak untuk anaknya.

"Terlepas perusahaannya memberikan tunjangan untuk anaknya atau tidak, apakah dia (MS) tidak punya nurani, sehingga melupakan anaknya dan memutus silaturahmi antar saudara ? Apa salahnya Sultan ", imbuhnya.


Dituturkan Yuni, terpaksa dirinya minta bantuan pada media yang mau membantu permasalahanya, karena dia tidak ada lagi saluran komunikasi.

"WA dan Sosmed semua sudah diblok oleh MS, bahkan saat saya berusaha menemuinya di kantornya Muara Tawar, security mengatakan bahwa MS tidak mau menerima tamu", tuturnya.


Dihubungi penulis melalui pesan WhatsApp 14/4 lalu, pejabat BUMN yang dulu menjabat sebagai Manager Humas Corporate, sangat disayangkan BD tidak mau merespon, meskipun pesan bertanda sudah dibaca.


Meskipun BD bukan lagi Manager Humas, namun sekedar memberikan informasi tentang Kebijakan Perusahaan dalam Pemberian Tunjangan untuk anak pegawai, seberapa beratnya sih ? Tidak adakah pertimbangan kemanusiaan ? Ya sudahlah, mungkin tugas barunya sebagai General Manager di Sumatera Selatan sangat menyita energinya...


Penulis sendiri sebenarnya ragu untuk mempublikasikan kisah ini, karena khawatir dengan Vonis GHIBAH, karena itu sebisa mungkin identitas keluarga penulis samarkan. Dan lillahi ta'ala, tulisan ini semata hanya sebagai gugahan hati di bulan Ramadhan.


Harapan penulis, semoga hubungan anak-anak bisa normal sebagaimana orang-orang bersaudara, demikian halnya hubungan anak-anak dengan kedua orangtuanya, meskipun mereka tidak mungkin lagi bersatu dalam sebuah keluarga, karena masing-masing telah bahagia dengan keluarganya.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan. Mohon Maaf Lahir dan Batin.(Bgs)


791 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page