Benarkah Bali Kehilangan Taksunya Gara-Gara Ogoh-Ogoh Dilombakan?
- analisapost
- 24 Mar
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Ogoh-Ogoh merupakan salah satu warisan budaya Bali yang erat kaitannya dengan perayaan Nyepi. Tradisi ini memiliki makna mendalam sebagai simbol netralisasi Bhuta Kala dan harmonisasi alam semesta dalam ritual pengerupukan.

Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi Ogoh-Ogoh mengalami perubahan. Seni dan budaya di Bali terus berkembang, sehingga Ogoh-Ogoh kini dibuat dengan biaya besar dan sering kali dijadikan daya tarik wisata atau dipamerkan sebagai karya seni.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya muatan upacara keagamaan serta penurunan kualitas pembuatan dan penyelenggaraan pawai Ogoh-Ogoh.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Made Arka, S.Pd., M.Pd., menyoroti pergeseran fungsi Ogoh-Ogoh yang dulunya bersifat sakral, namun kini lebih banyak dipropankan dan dikomersialkan dalam bentuk parade serta lomba seni.
Menurutnya, Ogoh-Ogoh seharusnya tetap memiliki makna spiritual sebagai bagian dari upacara mebuubuu, yang menggunakan api, bawang pesikepan, dan mesui untuk menghilangkan pengaruh Bhuta Kala.
"Kami menghimbau agar Ogoh-Ogoh yang sudah dipelaspas (disucikan) tetap melalui prosesi Tirta Prelina (pemusnahan suci) untuk menghindari dampak negatif yang tidak diinginkan,ā ujar I Made Arka kepada awak media AnalisaPost Surabaya melalui sambungan selular, Senin (24/3/25).
"Kami berharap agar tradisi ini dapat dijaga kualitasnya dan tidak hanya menjadi tontonan, tetapi tetap memiliki nilai spiritual keagamaan dan budaya yang kuat," tegasnya.
Ia juga menyoroti penggunaan sastra suci dalam pawai Ogoh-Ogoh yang kadang justru dapat mengundang aura negatif jika tidak diimbangi dengan ritual penyucian.
Perdebatan mengenai posisi Ogoh-Ogoh dalam tradisi dan budaya Bali pun terus berkembang. Sebagian pihak melihatnya sebagai bentuk ekspresi seni yang memperkaya kebudayaan, sementara yang lain khawatir bahwa nilai sakralnya semakin luntur akibat unsur komersialisasi dan perlombaan.
Diharapkan generasi muda, terutama Generasi Z, dapat memahami perubahan ini dengan bijak agar Bali tidak kehilangan taksu-nya (energi spiritual dan keunikan budayanya).(Dna)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.comĀ di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comments