SURABAYA - analisapost.com | Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya deflasi yang signifikan pada awal tahun 2025. Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan tarif listrik, yang memberikan andil negatif sebesar 1,13 persen terhadap inflasi.

Diskon tersebut mengacu pada Kepmen ESDM nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024. Kebijakan itu memberikan potongan harga kepada pelanggan dengan daya 450-2.200 VA. Kebijakan berlaku sejak Januari dan berakhir Februari 2025.
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan bahwa deflasi dipengaruhi oleh kelompok perumahan air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama deflasi kali ini.
"Penurunan tarif listrik pada bulan Januari sebesar 29,93 persen dan memberikan andil sebesar 1,18 persen terhadap total deflasi," katanya saat konferensi pers, Senin (3/2/25)
Selain diskon listrik, penurunan harga pada sejumlah komoditas juga mempengaruhi. “Komoditas seperti telur ayam ras 2,74 persen,bawang merah 4,12 persen, tomat 8,66 persen dan ketimun 24,98 persen yang sebelumnya mengalami inflasi, kini mulai mengalami penurunan harga,” terangnya.

Disisi lain, masih ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti minyak goreng 2.38 persen, serta bensin naik 0,48 persen. Kenaikan harga juga terjadi pada cabe rawit yang melonjak 81,52 persen, cabai merah naik 72,29 persen, emas perhiasan naik 2,65 persen, bahan bakar rumah tangga naik 3,3 persen.
"Curah hujan tinggi menyebabkan produktivitas cabai menurun di beberapa daerah. Serta menghambat distribusi karena cabai lebih cepat membusuk," ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa berakhirnya masa libur Natal dan Tahun Baru 2024 menjadi salah satu faktor utama dalam penyesuaian harga kembali ke kondisi normal. Hal ini berdampak pada beberapa komoditas yang sebelumnya mengalami kenaikan harga, kini mulai mengalami penurunan.

Meski mengalami deflasi secara bulanan, secara tahunan (year-on-year) Jawa Timur tetap mencatat inflasi sebesar 1,06 persen pada Januari 2025. Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,53. Kediri tercatat inflasi terendah sebesar 0,54 persen sedangkan Banyuwangi menjadi daerah dengan inflasi tertinggi sebesar 1,72 persen.
Penurunan harga pada sektor-sektor ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama dalam mengurangi beban pengeluaran rumah tangga.
"BPS Jawa Timur akan terus memantau perkembangan harga dan inflasi guna memberikan data yang akurat bagi kebijakan ekonomi daerah," tutupnya mengakhiri. (Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments