Dibalik Secangkir Kopi, Ada Cerita Legendaris
top of page

Dibalik Secangkir Kopi, Ada Cerita Legendaris

SURABAYA - analisapost.com | Kisah-kisah legendaris seringkali bersarang di sekitar hal-hal sehari-hari, dan kopi bukanlah pengecualian seperti Toko Kopi Sigan yang berlokasi di jalan Cendrawasih Nomor 8, Surabaya.

Cen Kwei yang lebih di kenal dengan nama Boedi Gunawan warga keturunan Tioghoa pemilik toko kopi Swiekhay/Sigan(Foto: Div)
Cen Kwei yang lebih di kenal dengan nama Boedi Gunawan warga keturunan Tioghoa pemilik toko kopi Swiekhay/Sigan (Foto: Div)

Bangunan Kuno

Saat awak media AnalisaPost memasuki toko tepatnya rumah lawas bangunan kuno sepintas terlihat tak ada yang istimewa pada toko itu. Namun ketika mencoba untuk duduk dan memesan secangkir kopi, ternyata menyimpan sejarah panjang masa lalu yang penuh dengan kisah dan peristiwa bersejarah menciptakan nuansa nostalgia yang terpatri dalam ruangan itu.


Shushu/Susuk (Paman/Om) Cen Kwei atau yang lebih di kenal dengan nama Susuk Boedi Gunawan warga keturunan Tioghoa pemilik toko kopi Swiekhay saat menemui para pembeli, dengan ramah ia melayani dan bercerita bahwa toko tersebut dulunya di dirikan oleh orang tuanya sekitar tahun 1950 an.


"Aslinya toko ini namanya Swiekhay. Kemudian orang-orang yang sering belanja dan duduk disini lebih sering menyebut nama ayah saya akhirnya menjadi Sigan," tutur Boedi.


Meskipun usia terlihat sudah tua, daya ingatnya masih kuat dan cekatan. Ia juga menceritakan dahulu saat papanya masih ada, toko kopinya ramai dikunjungi para pekerja yang di dominasi pegawai kantor di sekitar jalan Cendrawasih mulai pagi hari hingga sore terutama siang jam istirahat.


"Sigan itu sebenarnya nama papanya pak Boedi," ujar A yi (bibi/tante) istri Boedi Gunawan saat ditanya terkait makna nama 'Sigan' tersebut. Dengan ramah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itupun menjelaskan kepada awak media AnalisaPost, Sabtu (30/12/23).

Ketel lurik jaman dulu
Ketel lurik jaman dulu (Foto: Div)

Seiring berjalannya waktu, toko itupun menambah dengan menjual alat-alat tulis, obat-obatan sebagai perlengkapannya akhirnya menjadi toko kelontong. Namun sejak adanya covid-19, toko ini kembali menjadi toko kopi.


Prabotan Lawas dan Unik

Tak hanya tentang historinya, tetapi saat awak media AnalisaPost di suguhkan kopi, rasa autentiknya masih ada.


"Jaman dulu kalau buat kopi, kita pakai tungku dari tanah. Sekarang kita menggunakan sedikit berbeda tetapi masih secara manual agar rasa tetap seperti dulu. Karena itulah banyak pelanggan tetap datang untuk menikmati kopi disini," tutur Boedi sambil memperlihatkan ketel lurik dan cangkir jaman dulu di sela-sela perbincangan.


Meskipun bangunan lawas, tak terlihat menggunakan interior tetapi ruangan itu di penuhi dengan lemari, meja, laci dari kayu jati yang berusia lebih 40 tahun.


Tampak juga terlihat kemasan teh jadul, toples, obat-obatan salah satunya balsem yang sudah berusia lebih 40 tahun namun tekstur, warna dan aromanya masih harum, kemudian minyak rambut urang aring dan minyak rambut kemiri yang dikemas botol kaca dengan disain unik, minyak tancho yang di produksi sejak tahun 1933 hingga uang jaman Belanda.

Balsem yang sudah berusia lebih 40 tahun namun tekstur, warna dan aromanya masih harum
Balsem yang sudah berusia lebih 40 tahun namun tekstur, warna dan aromanya masih harum (Foto: Div)

"Barang-barang ini tidak saya jual meskipun saya letakan disini, tetapi hanya sebagai pajangan saja sebab ini banyak yang sudah tidak diproduksi. Selain itu untuk bernostalgia dengan produk-produk lawas buat pelanggan-pelanggan minum kopi," imbuh A Yi sambil tersenyum.


Dibalik nikmatnya kopi tersimpan makna yang dalam

Pria penghobi fotografi ini juga menambahkan makna dari sebuah kopi kepada awak media AnalisaPost sebelum mengakhiri perbincangannya.


Kopi selain memberikan kenikmatan dalam setiap tegukannya, juga memiliki filosofi yang mengandung makna dan nilai tinggi. Menurutnya dibalik secangkir kopi yang harum, tersimpan tentang perjalanan hidup, dan keberanian setiap tegukan.


"Filosofi kopi mengajarkan tentang kehidupan sehari-hari yakni kesederhanaan, kebersamaan, berani menghadapi tantangan dan keunikan yang terkandung. Jadi kalau kerja apapun, jangan cepat bosan tetaplah semangat," pesan Susuk Boedi mengakhiri perbincangan sore itu.


Sementara Sandy salah seorang pencinta kopi yang datang kesana juga memberikan pendapatnya, "awalnya sih pingin lihat-lihat bangun lawas disekitar sini, cuma saya kok penasaran dengan toko kopi yang menurut saya unik. Saat saya mencoba membeli dan meminumnya, ternyata rasanya memang enak. selain itu disini juga banyak terdapat barang-barang jadul jadi mengingatkan masa lalu," ungkapnya kepada awak media AnalisaPost singkat.(Dna/Che)


Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.

bottom of page