Film Rangga dan Cinta: Kisah Cinta Legendaris yang Kembali Hadir dalam Balutan Musikal Tahun 2025
- analisapost
- 4 hari yang lalu
- 4 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Dua puluh tiga tahun setelah kisah cinta antara Rangga dan Cinta berjudul Ada Apa dengan Cinta? (2002) memikat hati jutaan penonton, sutradara Riri Riza kembali menghadirkan kisah tersebut dalam versi musikal bertajuk “Rangga dan Cinta”. Film ini merupakan reinterpretasi dari film legendaris Ada Apa dengan Cinta? (2002), yang kini tampil lebih segar dengan sentuhan musik, tarian, dan sinematografi yang megah.

Disutradarai Riri Riza, film Drama Musikal berdurasi ±120 menit produksi Miles Film ini bukan sekadar remake, melainkan sebuah reinterpretasi modern yang membalut romansa klasik dengan gaya musikal memikat.
Versi terbaru yang dirilis tahun 2025 ini menghadirkan suasana lebih hidup, dengan lagu-lagu orisinal memperkuat emosi di setiap adegan.
Kisah Cinta yang Tak Lekang oleh Waktu
Film ini mengisahkan kembali pertemuan dua remaja SMA dengan karakter bertolak belakang. Cinta, gadis populer yang cerdas dan dikelilingi sahabat setia, hidup dalam dunia yang nyaris sempurna. Ia dikenal hangat, enerjik, dan menjadi panutan di sekolahnya. Namun, semua berubah ketika Cinta kalah dalam lomba puisi yang selama ini menjadi kebanggaannya.
Yang tak disangka, pemenangnya adalah Rangga seorang siswa pendiam, penyendiri, dan misterius. Ia lebih sering menghabiskan waktu di pojok perpustakaan, membaca buku sastra lawas dan enggan bersosialisasi. Sifatnya yang dingin membuatnya sulit ditebak, namun justru menarik rasa penasaran Cinta.
Dari rasa benci yang samar, tumbuh benih perasaan yang tak bisa mereka pahami. Cinta mulai mengenal sisi lembut Rangga, sementara Rangga perlahan belajar membuka hatinya. Namun, seperti kisah klasik mereka dulu, cinta itu diuji oleh perbedaan prinsip dan pilihan hidup.
Usai pemutaran perdana film di Surabaya, Riri Riza berbagi cerita kepada awak media AnalisaPost. Ia mengaku versi musikal ini adalah proyek yang menantang namun juga sangat personal baginya.
"Saya ingin menghadirkan kembali esensi cinta yang sederhana dan dalam, seperti dulu, tapi dengan cara baru. Musik memberi ruang emosi yang lebih luas. Penonton bisa merasakan cinta mereka, bukan hanya lewat dialog, tapi juga melalui musik.,” ujar Riri, Sabtu (11/10/25).
Sang sutradara juga menuturkan bahwa adegan paling sulit bukan hanya dari sisi emosional, tetapi juga teknis.
"Yang paling rumit itu justru saat syuting di bandara. Kami harus membuat ulang suasana bandara tahun 2000-an karena sekarang sudah sangat modern. Set desainnya kami bangun ulang, sampai ke detail seperti papan jadwal penerbangan dan warna dinding. Itu tantangan yang luar biasa,” tambahnya sambil tersenyum.
Kembalinya chemistry antara dua tokoh utama menjadi daya tarik tersendiri dalam film ini. Leya Princy , pemeran Cinta, mengaku sempat ragu ketika pertama kali ditawari untuk berperan. Namun, setelah membaca naskah versi musikalnya, ia justru merasa tertantang.

"Awalnya saya agak kesulitan. Tapi begitu lihat naskah dan dengar lagu-lagunya, saya langsung jatuh cinta. Cinta di film ini lebih dewasa, lebih berani jujur, tapi tetap punya sisi remaja yang hangat,” ungkap Leya saat diwawancarai usai pemutaran film.
Sementara itu, El Puta Sarira yang memerankan Rangga mengaku bahwa tantangan terbesarnya adalah menampilkan ekspresi emosional melalui musik.
"Rangga itu bukan tipe yang banyak bicara. Jadi menarik banget ketika dia harus menyampaikan perasaannya lewat lagu. Saya harus belajar menahan ekspresi tapi tetap membuat penonton merasakan getarannya,” kata El dengan nada tenang.
Ia menambahkan, versi musikal ini membuat karakter Rangga lebih terbuka dan manusiawi. “Kalau dulu Rangga itu seperti tembok, kali ini dia mulai belajar melepas. Mungkin itu yang bikin kisah ini relevan lagi hari ini,” ujarnya.
Salah satu kekuatan utama Rangga dan Cinta (2025) terletak pada departemen musiknya. Lagu-lagu orisinal yang diciptakan khusus untuk film ini menggantikan sebagian besar dialog emosional. Setiap nada seolah menjadi perpanjangan dari perasaan kedua tokohnya.
Riri Riza mengaku, keputusan menjadikan film ini musikal lahir dari keinginannya menonjolkan keindahan bahasa dan puisi sesuatu yang selalu menjadi jantung dari kisah Ada Apa dengan Cinta?
"Film ini tentang cinta dan kata-kata. Kalau dulu kata-kata diungkapkan lewat puisi, sekarang kami ubah menjadi musik. Tapi rasanya sama tetap jujur dan penuh makna,” jelas Riri.
Bagi generasi 2000-an, film ini membawa nostalgia yang kuat. Namun bagi penonton baru, Rangga dan Cinta (2025) menghadirkan kisah cinta remaja yang relevan dengan zaman sekarang.
Dengan sinematografi modern, koreografi lembut, dan iringan musik yang menggugah, film ini menjadi perpaduan antara masa lalu dan masa kini.
Banyak penonton yang hadir pada malam gala premiere terlihat larut dalam emosi. Beberapa bahkan meneteskan air mata ketika adegan perpisahan klasik di bandara kembali dihadirkan dengan versi musikal penuh keharuan.
Suasana gala premiere yang digelar di XXI Ciputra World, Surabaya Sabtu, (11/10/25) berlangsung meriah sekaligus penuh kehangatan. Para penonton, yang sebagian besar adalah generasi yang tumbuh bersama film Ada Apa dengan Cinta?, tampak tak kuasa menahan haru ketika lagu tema “Puisi untuk Cinta” mulai berkumandang di akhir film.

Banyak yang berdiri memberikan tepuk tangan panjang setelah layar gelap sebuah tanda apresiasi tulus untuk kerja keras tim produksi.
Salah satu penonton, Ayu Pratiwi (34), mengaku merasa seperti kembali ke masa SMA. "Saya nonton AADC pertama kali waktu masih sekolah. Rasanya sekarang seperti menonton potongan hidup sendiri. Lagu-lagunya bikin merinding,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Penonton muda pun tak kalah antusias. Rafi, mahasiswa 21 tahun, mengatakan versi musikal ini membuat kisah klasik terasa lebih segar.
"Saya belum lahir waktu film pertama keluar, tapi nonton versi ini tuh bikin saya ngerti kenapa filmnya legendaris. Musiknya keren banget dan relate sama perasaan anak muda zaman sekarang,” katanya.
Suasana hangat malam itu menegaskan bahwa Rangga dan Cinta (2025) bukan sekadar film nostalgia, melainkan karya yang menyatukan dua generasi penonton dalam satu emosi yang sama: cinta yang tulus dan tak lekang oleh waktu. (Dna/Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Komentar