Langit Jakarta, Mei yang Luka
- analisapost
- 12 Mei
- 1 menit membaca
Penulis: Naritha

Langit Jakarta sore itu kelabu,
angin membawa duka dari kampus Trisakti,
peluru bicara lebih lantang dari suara nurani,
menembus dada empat anak negeri.
Mereka tak membawa senjata,
hanya suara yang menuntut janji, tentang demokrasi,
tentang keadilan, tentang negeri yang tak lagi dibungkam sunyi.
Arief, Elang, Hafidh, dan Hendriawan,
nama kalian abadi dalam sejarah perlawanan.
Keringat dan darah di aspal kampus adalah saksi perjuangan yang tak pupus.
Reformasi lahir dari jerit dan tangis,
dari nyawa muda yang terenggut tragis.
Namun dari luka,
tumbuh harapan, tentang Indonesia yang lebih manusiawi dan berkeadaban.
Hari ini kami mengenang,
bukan sekadar duka yang datang,
tapi nyala semangat yang tak padam,
bahwa suara rakyat tak boleh lagi ditelan malam.
Comments