top of page

Monumen Ayam Jago, Penanda Jejak Sejarah Sawunggaling

Diperbarui: 6 jam yang lalu

SURABAYA - analisapost.com | Warga Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, kini memiliki ikon baru berupa Patung Ayam Jago yang berdiri gagah di tepi Jalan Raya Menganti. Kehadiran monumen ini langsung mencuri perhatian para pengendara yang melintas sekaligus menjadi penanda sejarah perjuangan tokoh legendaris Surabaya, Raden Sawunggaling.

Monumen Ayam Jago yang diletakkan di antara ruas Jalan Raya Menganti, Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya.
Monumen Ayam Jago yang diletakkan di antara ruas Jalan Raya Menganti, Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya (Foto: Div)

Camat Lakarsantri, Yongky Kuspriyanto Wibowo, mengatakan pembangunan patung tersebut merupakan aspirasi masyarakat yang telah disampaikan sejak 2023.


“Kehadiran Patung Ayam Jago ini merupakan jawaban atas permintaan masyarakat yang diajukan kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM),” ujarnya, Kamis (11/9/25).


Yongky menjelaskan, warga Lidah Wetan sejak lama menginginkan monumen ini hadir sebagai simbol sejarah sekaligus penanda kawasan yang berdekatan dengan Makam Raden Sawunggaling di Jalan Lidah Wetan Gang III. Makam tersebut ditemukan warga pada 1901 dan hingga kini menjadi salah satu tujuan ziarah.


“Harapannya, keberadaan monumen ini dapat mendukung wisata sejarah dan religi di Lidah Wetan. Kami akan terus berupaya menambah infrastruktur penunjang, seperti taman dan area parkir, agar kawasan ini semakin menarik dikunjungi,” katanya.


Antusiasme warga terlihat sejak patung selesai dibangun. Seorang warga Lidah Wetan Eko mengaku bangga dengan hadirnya ikon baru tersebut.


“Patung ini bukan hanya mempercantik kawasan, tapi juga menjadi pengingat perjuangan Raden Sawunggaling. Kami bangga Lidah Wetan punya simbol seperti ini,” ujarnya.


Sejarah Sawunggaling

Patung Ayam Jago bukan sekadar hiasan kota. Monumen ini erat kaitannya dengan perjalanan hidup Joko Berek, nama kecil Raden Sawunggaling, putra Adipati Surabaya Jayengrana dengan Biyung Dewi Sangkrah.


Sejak kecil, Joko Berek dikenal gemar memelihara ayam jago. Ayam kesayangannya, bernama Bagong, selalu menemaninya dalam setiap perjalanan. Hobi itu kemudian menjadi titik awal pertemuannya dengan sang ayah.


Dengan bekal selendang kuning pemberian ibunya, Joko Berek mendatangi Kadipaten Surabaya. Di sana ia diuji oleh dua saudara tirinya, Sawungrana dan Sawungsari, melalui adu ayam dan lomba panah. Berkat ketangkasannya, Joko Berek berhasil mengalahkan mereka dan diakui sebagai putra Jayengrana.


Namun perjuangannya tidak berhenti di sana. Ia diminta membabat hutan Wonokromo sebagai syarat tinggal di kadipaten wilayah yang kelak berkembang menjadi Kota Surabaya. Keberanian dan keteguhan hati itulah yang membuat Joko Berek kemudian dikenal sebagai Raden Sawunggaling, Adipati Surabaya yang disegani penjajah dan dicintai rakyatnya.


Dengan berdirinya Patung Ayam Jago di Lidah Wetan, Surabaya tidak hanya mendapatkan destinasi baru bagi warga maupun pelintas jalan. Monumen ini juga menguatkan identitas sejarah kota, mengingatkan generasi muda pada semangat perjuangan rakyat yang diwariskan oleh Sawunggaling.(Che)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

bottom of page