Saat Soekarno Tantang Soviet Cari Makam Imam Bukhari, Kini Kisahnya Hidup di Angkat Melalui Teater di Surabaya
- analisapost
- 27 Jun
- 3 menit membaca
Diperbarui: 30 Jun
SURABAYA - analisapost.com | Kisah pertemuan spiritual dan diplomatik antara Presiden Soekarno dan Imam Al-Bukhari dihidupkan kembali dalam sebuah pentas teater-musik monumental bertajuk “Imam Al-Bukhari & Soekarno”, yang digelar di Balai Budaya Surabaya, Jumat malam (27/6).

Pementasan ini digelar dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno oleh DPP PDI Perjuangan Bidang Pariwisata dan Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia.
Pentas berdurasi 90 menit ini memadukan seni peran, musik tradisional klasik, zikir, serta film dokumenter untuk merekonstruksi perjalanan historis Soekarno ke Uzbekistan pada tahun 1956 dalam bentuk Pablo.
Teater ini tak sekadar pertunjukan artistik, tetapi juga menjadi bentuk “teater arsip” yang menafsir ulang perjalanan diplomasi bebas-aktif Indonesia di masa Perang Dingin.
Dalam lawatannya ke Uni Soviet kala itu, Soekarno mengajukan satu syarat diplomatik tak lazim kepada pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev: mengantarkannya ke makam Imam Al-Bukhari, ulama besar perawi hadis yang sangat dihormati umat Islam.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengapresiasi dipilihnya kota Pahlawan sebagai lokasi pentas bersejarah. Ia menilai, pertunjukan ini menguatkan kembali hubungan antara Sukarno dan Surabaya yang tak bisa dipisahkan dari sejarah kota ini sebagai tempat kelahirannya.
"Ada suatu kebanggaan karena Surabaya dipilih. Dahulu, ketika Uni Soviet mengundang Soekarno, beliau mensyaratkan agar makam Imam Bukhari ditemukan terlebih dahulu. Di situ saya melihat bahwa Islam beliau sangat kuat, bahkan disampaikan langsung kepada Presiden Uni Soviet saat itu," ujar Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam konferensi pers di Hotel Mojopahit.

"Di Surabaya, Soekarno juga sempat membaca buku Islam dan Sosialisme. Maka tidak bisa dipisahkan, Surabaya dan Bung Karno. Semangat api perjuangan itu ada dalam diri anak-anak Surabaya, karena Bung Karno lahir di sini," tambahnya.
Ia berharap pentas seperti ini dapat menghidupkan kembali semangat perjuangan Bung Karno dalam konteks pembangunan bangsa.
“Dengan adanya teater ini, saya berharap bisa menyalakan kembali api perjuangan Bung Karno, dan mewujudkan pembangunan negeri ini. Ini adalah cara Bung Karno menyampaikan bahwa Indonesia bukan satelit siapa pun. Kita berdiri di poros sendiri, menjunjung tinggi kemanusiaan dan spiritualitas,” tuturnya.
Pementasan ini melibatkan kerja sama dengan The Drama Theater of Katta Kourgan dari Uzbekistan. Kolaborasi ini disebut sebagai bentuk diplomasi kebudayaan lintas negara.
"Diplomasi kita bukan hanya lewat meja perundingan, tetapi lewat panggung seni dan sejarah. Ini adalah arsip hidup yang kita pentaskan,” tegas Ketua Bidang Pariwisata DPP PDI Perjuangan, Wiryanti Sukamdani.
Wiryanti menambahkan bahwa pentas ini menandai pengaruh Bung Karno yang tak hanya besar di Indonesia, tetapi juga di Uzbekistan. “Imam Al-Bukhari adalah tokoh sentral Islam. Dan Soekarno berhasil membawa nilai-nilainya ke panggung dunia,” ujarnya.

Rano Karno: Bung Karno adalah Seniman Besar
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan Rano Karno menyebut bahwa pementasan ini memiliki kekuatan artistik dan naratif yang menggugah.
"Saat dipentaskan di Jakarta, saya langsung tertarik. Bung Karno bagi saya adalah seniman besar. Banyak karya-karyanya yang menginspirasi,” ujar Rano.
Ia berharap pertunjukan ini bisa berkeliling Indonesia agar semakin banyak masyarakat, terutama generasi muda, mengenal sisi spiritual dan kebudayaan dari Bung Karno.
Rangkaian Bulan Bung Karno 2025 tak berhenti pada pementasan ini. Akan ada kegiatan budaya lanjutan, termasuk pasar budaya dan maraton sejarah di berbagai kota.
Tak hanya itu, napak tilas diplomatik Soekarno ke Uzbekistan dan ziarah ke makam Imam Al-Bukhari sedang dirancang sebagai misi budaya-politik ke depan.
Teater ini menegaskan kembali bahwa panggung seni bukan hanya ruang hiburan, tetapi juga medan diplomasi, arsip sejarah, dan pengingat bahwa perjuangan bisa hidup kembali dalam bentuk yang tak terduga. (Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments