Nonton Bareng Film Indie di Balai Pemuda, Ajak Gen Z Lebih Melek Perfilman
- analisapost
- 10 Mei
- 3 menit membaca
Diperbarui: 22 Mei
SURABAYA - analisapost.com | Puluhan anak muda memenuhi halaman Balai Pemuda Surabaya pada Sabtu malam (10/5/25) dalam acara "Nobar Film Pendek," film-film indie karya sineas muda lokal.

Acara yang digagas oleh Disbudporapar Kota Surabaya melalui Creative Community Day dan fauzan infis menjadi salah satu kurator dan kolaborator ini tak hanya menjadi ajang apresiasi karya, tetapi juga ruang diskusi bagi generasi Z untuk lebih mengenal industri perfilman dari sudut yang berbeda.
Sutradara independen asal Surabaya, Fauzan Abdillah, mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk meluangkan waktu menonton film-film independen karya anak bangsa.
Ia menilai, meskipun film independen belum banyak diminati, khususnya oleh kalangan GenZ, karya-karya tersebut menyimpan potensi besar dan layak mendapat apresiasi lebih luas.
"Film indie bukan hanya soal gaya atau eksperimental, tapi juga ruang ekspresi yang jujur dan dekat dengan realita," ujar Fauzan, di sela-sela persiapan pemutaran film di Balai Pemuda Surabaya.
Sebagai bagian dari upayanya, ia memperkenalkan film independen kepada masyarakat luas dengan kegiatan nonton bareng (nobar) film karya anak-anak Gen Z tersebut digelar di Balai Pemuda Surabaya, dan terbuka untuk umum.
Menurut Fauzan, minat generasi muda terhadap perfilman cukup tinggi, namun belum banyak yang tergerak untuk terlibat langsung dalam proses kreatif di balik layar. Ia berharap melalui kegiatan ini, anak-anak muda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga terdorong untuk menjadi pembuat film (film maker).
"Generasi muda punya sudut pandang unik dan energi besar. Industri film Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih kuat jika mereka diberi ruang dan dukungan," kata Fauzan kepada awak media AnalisaPost, Sabtu (10/5/25).
Pemutaran film independen ini juga menjadi bentuk apresiasi terhadap karya-karya pelajar dan mahasiswa yang telah berani berkarya meski dengan keterbatasan sumber daya.

Sementara itu, saat ditanya mengenai pengalamannya sebagai produser, Fauzan menjawab mantap. Maklum, pria yang menjabat sebagai Koordinator Independen Film Surabaya (Infis) ini sudah lama berkecimpung di dunia perfilman.
Bersama komunitas yang berdiri sejak 13 September 2000 itu, Fauzan aktif menggelar berbagai kegiatan seputar film, mulai dari ekshibisi, distribusi, hingga edukasi.
Fauzan berharap, inisiatif ini bisa mendorong ekosistem perfilman independen yang lebih hidup di Surabaya dan sekitarnya.
Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra Surabaya, Imanuel, menyampaikan apresiasinya terhadap pemutaran tujuh film pendek karya mahasiswa dalam acara nonton bareng di Balai Pemuda.
Imanuel, menilai inisiatif tersebut merupakan langkah positif dalam memperkenalkan karya-karya film independen kepada masyarakat luas, sekaligus menjadi ruang ekspresi bagi generasi muda.
Menurutnya, film-film yang diputar dalam kegiatan tersebut tidak hanya menunjukkan potensi besar para pembuat film muda, tetapi juga mampu menghadirkan narasi yang kritis dan relevan dengan realitas sosial saat ini.
"Sebagai bentuk pencapaian akademik dan praktik sinematik, film-film ini diproduksi sebagai tugas akhir dari mata kuliah Film ProductionĀ di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra. Ini menjadi ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan storytelling yang berbasis isu sosial," terangnya.
Ia menambahkan, film-film tersebut saat ini masih dalam tahap distribusi dan tengah diputar di berbagai festival film pendek mahasiswa.
"Film ini merupakan tugas akhir mahasiswa dan diproduksi dalam kurun waktu dua semester, atau sekitar dua tahun," pungkasnya.

Acara nonton bareng (Nobar) film pendek ini berlangsung mulai pukul 12.00-18.00 WIB di Alun-alun Kota Surabaya. Ada 7 film pendek yang diputar
Flower In Fire - Glitch Film
Hotspot - Kreasitama Foundation Sestudio
Nyai Core - Boomcraft Production
Spiral - Ascene Picture UC
Benang Impian-Smekdors
Pulih - Gen Epistree
Benang Penumbara - Inafis
Imanuel berharap kegiatan ini tak hanya memperlihatkan kemampuan teknis mahasiswa dalam memproduksi film, tetapi juga menggambarkan bahwa ruang-ruang kolaboratif antara kampus dan komunitas kreatif sangat penting untuk menumbuhkan ekosistem perfilman independen yang lebih hidup dan inklusif di Surabaya.(Che/Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments