top of page

Perkuat Etika dan Moral Pancasila Melalui Sarasehan Wawasan Kebangsaan

SURABAYA - analisapost.com | Dalam upaya mempererat kerukunan antarumat beragama serta membangun peradaban bangsa yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Kota Surabaya menggelar Sarasehan Wawasan KebangsaanĀ dengan tema ā€œPeran Etika dan Moral Pancasila dalam Membangun Peradaban Bangsaā€.

Tiga narasumber memberikan pemaparan pada Sarasehan Wawasan Kebangsaan
Tiga narasumber memberikan pemaparan pada Sarasehan Wawasan Kebangsaan (Foto: Div)

Kegiatan ini berlangsung di Ruang Sawunggaling, Lantai 6, Pemerintah Kota Surabaya, Sabtu (14/6/2025) menghadirkan sejumlah narasumber lintas agama dan akademisi yang selama ini aktif dalam dialog kerukunan umat beragama dan pendidikan kebangsaan.


Narasumber utama Romo Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ, seorang akademisi, rohaniawan, sekaligus pakar etika dan ekologi. Selain itu, turut berbicara Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdy, M.Ag, Sekretaris Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, serta Pdt. Andri Purnawan, MTS, Ketua I Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jawa Timur dan Ronny H. Mustamu sebagai moderator.


Dari pantauan awak media AnalisaPost, turut hadir Plt Sekda Rachmad Basari mewakili Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dan Yordan Bataragoa, anggota Dewan DPRD Jawa Timur.


Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum BAMAG Kota Surabaya IR. Boedi Sentosa, yang menyampaikan pentingnya pertemuan semacam ini sebagai ruang dialog bersama untuk menjaga persatuan bangsa di tengah keberagaman.


ā€œKita hidup dalam bangsa yang majemuk. Kerukunan bukan sesuatu yang datang begitu saja, melainkan harus terus diupayakan lewat dialog, pendidikan moral, dan penguatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,ā€ ujar Boedi.


Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, dalam paparannya menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar dasar negara, tetapi juga nilai moral yang harus dihayati oleh setiap warga negara Indonesia.

Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber lintas agama dan akademisi
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber lintas agama dan akademisi (Foto: Div)

"Etika Pancasila memberikan kerangka moral bagi masyarakat Indonesia yang plural. Nilai-nilai seperti kemanusiaan, keadilan sosial, dan persatuan harus menjadi prinsip hidup sehari-hari, bukan sekadar jargon,ā€ tegas Romo Magnis.


Ia juga menyinggung pentingnya etika lingkungan dalam konteks pembangunan bangsa, di mana pembangunan tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga harus memperhatikan keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan.


ā€œMembangun peradaban berarti juga membangun kesadaran ekologis. Pancasila sebagai etika kebangsaan mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan sesama dan dengan alam semesta,ā€ tambahnya.


Sementara itu, Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdy, M.AgĀ menyoroti peran moderasi beragama dalam menjaga harmoni sosial. Menurutnya, moderasi bukan berarti melemahkan iman, tetapi cara bijaksana dalam hidup berdampingan di tengah keberagaman.


"Moderasi beragama adalah upaya menempatkan nilai-nilai agama secara proporsional, sehingga tidak menjadi sumber konflik, tetapi sebaliknya, menjadi inspirasi perdamaian,ā€ jelas Prof. Hamdy.


Ia menambahkan, Kementerian Agama RI saat ini terus mendorong program moderasi beragama di berbagai daerah, termasuk Surabaya, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik tokoh agama, organisasi keagamaan, maupun pemerintah daerah.

Pemberian cindera mata kepada Plt Sekda Rachmad Basari (
Pemberian cindera mata kepada Plt Sekda Rachmad Basari (Foto: Div)

Ketua I PGI Wilayah Jawa Timur, Pdt. Andri Purnawan, MTS, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa gereja memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta membangun peradaban bangsa yang damai dan bermartabat.


ā€œGereja hadir bukan hanya untuk melayani umatnya, tetapi juga untuk bangsa ini. Salah satu wujudnya adalah dengan aktif dalam dialog lintas iman dan terlibat dalam upaya merawat kebhinekaan,ā€ kata Pdt. Andri.


Ia juga menekankan pentingnya pendidikan moral berbasis Pancasila di lingkungan gereja, sekolah-sekolah Kristen, serta keluarga Kristen sebagai basis pembentukan karakter.


ā€œMoral Pancasila harus hidup dalam keseharian, bukan hanya dalam upacara. Mulai dari lingkungan keluarga, gereja, hingga masyarakat,ā€ pungkasnya.


Acara ini diikuti lebih dari 150 peserta terdiri dari tokoh agama lintas iman, akademisi, dan perwakilan organisasi kemasyarakatan.


Diskusi berlangsung hangat dengan sejumlah peserta mengajukan pertanyaan seputar tantangan membangun kerukunan di era digital, peran agama dalam meredam potensi intoleransi, serta implementasi nilai Pancasila di tengah realitas sosial yang kompleks.


Salah satu peserta, Yohanes Leonard, mengungkapkan apresiasinya atas sarasehan ini.

ā€œAcara seperti ini sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan mempererat hubungan antarumat beragama. Kita jadi punya ruang dialog terbuka yang jarang terjadi,ā€ katanya.

Acara ini diikuti lebih dari 150 peserta secara khidmat
Acara ini diikuti lebih dari 150 peserta secara khidmat (Foto: Div)

Sarasehan ditutup dengan pesan bersama dari para narasumber dan peserta, yang sepakat untuk terus menjaga nilai-nilai kebangsaan, memperkuat etika moral Pancasila, serta aktif dalam upaya membangun kerukunan dan peradaban bangsa di berbagai bidang kehidupan.


Ketua Panitia Sarasehan, Niniek, menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut di masa mendatang.


ā€œKami berharap ini bukan sekadar pertemuan seremonial, tetapi menjadi awal dari gerakan bersama menjaga bangsa ini dengan nilai-nilai luhur Pancasila,ā€ ujarnya menutup acara.(Dna)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

Commentaires


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya