Semeru Erupsi Letusan Tapi Ukurannya Kecil dan Materialnya Menumpuk di Sekitar Puncak
top of page

Semeru Erupsi Letusan Tapi Ukurannya Kecil dan Materialnya Menumpuk di Sekitar Puncak

Diperbarui: 7 Des 2021

Foto : Dokpri

SURABAYA - analisapost.com | Senin, 6 Desember 2021 bertempat di Posko Kebencanaan IKA ITS, kampus ITS Sukolilo Surabaya, Kompartemen Kebencanaan IKA ITS mematangkan persiapan tanggap darut guna menerjunkan tim mitigasi dan riset terkait tanggap bencana Semeru. Dalam forum tersebut ada fakta menarik yang diungkapkan oleh Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si. selaku Dewan Pakar Kompartemen Kebencanaan IKA ITS. Ia menyatakan bahwa gunung Semeru tidak menyatakan meletus.


Tidak ada letusan dasyat pada gunung Semeru pada kejadian Sabtu 5 Desember 2021 kemarin. Tidak ada jejak dan rekam digital dari kondisi gunung Semeru yang memberikan justifikasi bahwa terjadi erupsi besar dan letusan pada gunung Semeru.


Perlu dipahami bahwa ada dua jenis erupsi pada gunung berapi. Erupsi letusan adalah erupsi yang disertai dengan tekanan tinggi yang membuat material padat terlontar ke angkasa dan biasanya diiringi ledakan dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas.

Foto : Radian Jadid, Humas Kompartemen Kebencanaan IKA ITS

Sedangkan erupsi non-letusan biasanya magma akan keluar dalam bentuk lelehan, namun bisa pula meluncur dengan kecepatan tinggi dan juga bisa membahayaan. Fakta yang terjadi adalah bahwa sebagai gunung berapi aktif, Semeru terus menerus erupsi (non-letusan) dengan skala kecil namun intensitasnya cukup tinggi. Erupsi yang terjadi berhari-hari, mengakibatkan menumpuknya material disekitar bibir kubah Semeru.


Tumpukan material tersebut semakin banyak dan pada saat terjadi hujan lebat maka beban material tersebut makin berat dan terjadilah longsoran. Longsoran yang meliputi material panas disertai awan panas (wedus gembel) serta lahar dingin itulah yang kemudian meluncur cepat dan mengakibatkan banyak korban berjatuhan.


Peta Kawasan Rawan Bencana memang sudah dibuat oleh PVMBG. Peta ini memberi peringatan kepada masyarakat yg bermukim di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, II dan I agar mematuhi bila ada pengumuman dari PVMBG tentang peningkatan status aktivitas Gunung Semeru. Banyak masyarakat menempati di KRB II dan KRB I dan saat ditanya dan diwawancarai media mereka tidak menyadari itu.


Ada yang cerita ada mendung hitam dari Gunung Semeru terus gelap gulita terus banjir lahar panas dan itu sudah terlambat. “Jadi pada kasus gunung Semeru, tidak ada tanda-tanda akan adanya letusan besar sehingga masyarakat banyak beraktifitas normal, santai dan sebagian terlena. Erupsi kecil (non-ledakan) adalah hal yang sudah biasa di gunung Semeru. Saat terjadi longsoroan yang terjadi tiba-tiba maka tidak cukup ada waktu bagi mereka yang ada di sekitar puncak gunung Semeru yang bisa menyelamatkan diri.” pungkas Amien.


Selain tanggap darurat dan penanganan korban bencana secara cepat dan tepat, bencana Semeru ini memberikan pekerjaan rumah pada kita bersama untuk memikirkan tentang sistem deteksi dini bencana atau Early Warning System (EWS), edukasi dan pembelajaran kebencanaan bagi masyarakat,recovery dan rehabilitasi serta pengotimalan penggunaan dan pemanfaatan teknologi.


Selanjutnya tim Kebencanaan IKA ITS akan melakukan mitigasi dan riset lebih lanjut untuk memastikan kondisi gunung Semeru serta rencana tindak lanjut yang bisa dilakukan untuk solusi jangka panjang terhadap potensi bencana semeru pada khususnya dan kebencanaan di Indonesia pada umumnya.(R.J)


694 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page