Taman Bhinneka Resmi Dibuka: Wadah Edukasi Keberagaman di Surabaya
- analisapost
- 3 hari yang lalu
- 3 menit membaca
Diperbarui: 3 hari yang lalu
SURABAYA - analisapost.com | Keberagaman budaya Indonesia kini mendapat ruang baru untuk dikenali dan diapresiasi masyarakat melalui kehadiran Taman Bhinneka Nusantara Creative Center yang resmi dibuka pada Selasa (20/5/25) di kawasan Jalan Keputih, Surabaya.

Acara soft opening taman tersebut digelar meriah, dihadiri oleh sejumlah tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, serta berbagai komunitas budaya. Pembukaan ditandai dengan kirab budaya dan prosesi pengguntingan pita oleh Dr. Hana Amalia Vandayani Ananda, D.Min, selaku Founder sekaligus Pembina Yayasan Pondok Kasih, yang turut didampingi para tamu undangan.
Saat ditemui awak media AnalisaPost, wanita yang kerap disapa mama Hana ini, menyampaikan bahwa taman ini bukan sekadar ruang hijau atau tempat rekreasi, melainkan sebuah media pembelajaran tentang kekayaan budaya bangsa dan pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan.
“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Taman ini menjadi simbol nyata dari semangat persatuan dalam keberagaman. Kami ingin menghadirkan ruang di mana masyarakat bisa belajar, berinteraksi, dan mencintai kekayaan budaya bangsa,” ujarnya saat berkeliling taman bersama para undangan.
Taman Bhinneka Nusantara dibangun sebagai ruang publik terbuka yang mengintegrasikan unsur edukasi, budaya, dan pemberdayaan masyarakat. Mengusung semangat "Unity in Diversity" atau Bhinneka Tunggal Ika, taman ini dirancang sebagai tempat perjumpaan budaya dan spiritualitas.

Di dalamnya terdapat 14 rumah adat dan 7 rumah ibadah yang mewakili berbagai suku dan agama di Indonesia. Pengunjung juga bisa mengunjungi perpustakaan budaya sebagai pusat literasi dan edukasi multikultural.
Fasilitas taman diperkuat dengan hadirnya area pelatihan urban farming, greenhouse, serta ruang refleksi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan spiritual maupun pengembangan diri. Program ini bertujuan membekali masyarakat, khususnya generasi muda, dengan pengetahuan praktis seputar budidaya tanaman rumah tangga, demi mendorong kemandirian pangan dan kepedulian lingkungan.
Menurut Dr. Hana, konsep taman ini lahir dari keprihatinannya terhadap menurunnya kepedulian masyarakat terhadap nilai-nilai budaya dan spiritualitas. Ia berharap taman ini menjadi ruang dialog antar budaya dan antar iman, sekaligus laboratorium sosial yang hidup.

“Dengan mengenal budaya sendiri, kita akan lebih menghargai perbedaan. Dan dengan mendekatkan diri pada alam, kita akan lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Semuanya saling terkait,” tambahnya.
Pembangunan taman ini turut didukung oleh Forum Beda Tapi Mesra, sebuah forum lintas iman yang dipimpin oleh Syuhada Endrayono. Forum ini dikenal aktif mempromosikan dialog antaragama dan kehidupan harmonis dalam keberagaman.
Peresmian taman yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan seni dari berbagai komunitas lokal serta tur edukatif ke rumah-rumah adat yang dilengkapi papan informasi interaktif.
Pantauan awak media AnalisaPost, para pengunjung terlihat mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, seperti Bali, Sumba, Papua, Palembang, Ambon, hingga Toraja.

Salah satu peserta asal Toraja, Christopher, mengatakan, “Di Taman Bhinneka, kami menampilkan kuliner seperti Deppa Tori dan kopi Robusta, serta kerajinan adat seperti Kandaure sebagai pajangan, dan Gayang atau keris pusaka yang melambangkan kewibawaan.”
Ia juga menjelaskan bahwa rumah adat Toraja, Tongkonan, berasal dari kata Tongkon yang berarti duduk bersama. Rumah ini terbagi menjadi tiga bagian: utara sebagai tempat tidur, tengah untuk berkumpul, dan selatan untuk menyimpan jenazah.
“Harapannya, Toraja khususnya, dan Sulawesi Selatan secara umum, bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas,” ujarnya.
Sementara itu, Jero Mangku I Wayan, Ketua 4 PHDI Surabaya, mewakili komunitas Bali mengatakan bahwa komunitasnya menampilkan busana adat seperti kamben, udeng, dan sesaput, serta kuliner khas yaitu kacang Bali.
“Dengan adanya rumah adat Bali di taman ini, kami berharap bisa menambah wawasan para pengunjung dan memperkuat rasa persatuan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

“Jika ada kesempatan, kami juga akan menampilkan tarian-tarian khas Bali seperti Barong, Panyembrahma, dan Puspawresti,” tambahnya.
Proyek Taman Bhinneka Nusantara merupakan bagian dari yayasan Pondok Kasih dalam mengembangkan program penguatan identitas kebangsaan, pemberdayaan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.
Dengan hadirnya taman ini, Surabaya menambah satu lagi destinasi wisata edukatif yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperkaya wawasan dan rasa cinta tanah air. (Che/Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments