SURABAYA - analisapost.com | Sanggar E’Star SMKN 1 Banyuwangi di Sutradari Oleh Miftahul Jannah, S. Sn., Penata Tari Ossy Widya Kusumastuti, S.Pd, Penata Artistik Gilang Ramadhani, S. Sn, Penata Musik Mochammad Pungky Hartono, S. Sn. sukses menggelar pagelaran Seblang.
Karya ini merupakan reinterpretasi dari kesenian adat ritual Seblang di Desa Olehsari kecamatan Glagah, Banyuwangi, dengan tema “ANTARATMA SEBLANG”, karya luar biasa digelar di halaman Gedung Cak Durasim UPT Taman Budaya Jawa Timur, Jumat (26/4/24) Pukul 19.00 WIB.
Acara diawali dengan beberapa tembang Banyuwangi yang dinyanyikan oleh siswa SMKN 1 Banyuwangi menggunakan bahasa Osing menjadi daya tarik penonton milenial dan beberapa wisatawan mancanegara untuk ikut memenuhi halaman Gedung Cak Durasim.
Menurut Miftahul Jannah, S. Sn, sebagai sutradara mengatakan bahwa pemaknaan lebih pada nilai spiritual Antaratma Seblang menekankan pada penyatuan jiwa dan batin sehingga terbentuk kesadaran dalam diri untuk menjadi “Seblang”.
"Dalam pertunjukan ini kami menampilkan dua prosesi yang ada pada ritual adat Olehsari itu sendiri yaitu adol kembang dermo artinya menjual kembang dermo bentuknya kembang kantil dan kembang kenanga yang ditusuk dengan lidi. Hal ini diyakini mampu membawa keberkahan karena filosofinya adalah "nang ndi di kemantil (dimana-mana akan mengikuti) doa," ujarnya kepada awak media AnalisaPost.
"Prosesi ke dua dengan tundikan artinya mengenal/kenalan. Kenalan disini berarti proses pengenalan alam nyata dengan alam yang tidak nyata. Penonton yang terkena selendang disebut tundik, langsung membawa selendangnya ke penari dan mulai menari bersama penari seblang dibuka oleh sesepuh atau pawangnya. Tetapi jika yang kena tundik tidak mau, maka penari seblangya akan marah yang akan menghambat prosesi ritual adatnya," jelas guru seni pertunjukan ini.
Ia menambahkan bahwa sesungguhnya Antaratma Seblang juga berbicara tentang Bagaimana menyikapi antara tanggung jawab yang telah digariskan dengan perasaan keterikatan kepada sesuatu yang lebih besar dari diri sang penari Seblang. Sehingga hadirnya kesadaran tersebut merupakan usaha pencarian makna dalam mencapai harapan dari doa yang dirapalkan. Pemaknaan yang dituju guna ketenangan lahir dan batin bersama.
Tampak terlihat tari Seblang persis pakem asli tari Seblang yang berusia ratusan tahun. Mata penari di tutup oleh pengikut yang ada di belakangnya dengan memegang tampah dari bambu. Setelah itu, sang pawang mengasapi penari dengan kemenyan sambil membaca mantra atau doa.
Miftahul Jannah menambahkan bahwa, tarian Seblang dimulai dengan upacara yang sakral (selametan). "Sebelum berangkatan ke Surabaya, kami disarankan untuk ziarah ke makam Buyut Ketut dan datang ke sumber mata air yang ada di desa Olehsari," ceritanya.
Dari pantauan awak media AnalisaPost, dengan mata terpejam sang penari melakukan gerakan sambil mengikuti arah Gambuh dan gending irama gamelan Banyuwangi. Setelah beberapa lama mengelilingi tempat area menari, sang penari mulai melempar sampur (selendang) yang sudah digulung ke arah penonton.
Dari informasi yang didapat, para penari terpilih dari keturunan penari Seblang sebelumnya yakni seorang gadis remaja yang belum menikah berkisah tentang kesucian, kewibawaan, ketegasan yang dibungkus dalam keanggunan sosok perempuan satria menggunakan "omprok" yaitu mahkota dengan bunga warna warni dan rambut berwarna hijau.
Seblang berarti "sebele ilang atau sialnya hilang" merupakan sebuah ritual masyarakat Osing Banyuwangi yang sudah berusia ratusan tahun dan memiliki daya magis yang cukup kuat.
Ritual ini dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri selama tujuh hari berturut-turut dengan tujuan untuk bersih desa sebagai penolak bala agar desa tetap bersih dan tentram.
Seiring berjalannya waktu, ritual ini dijadikan tari yang dapat kita jumpai di dua desa yakni Desa Bakungan dan Desa Olehsari Kecamatan Glagah Banyuwangi. Kesucian menjadi syarat mutlak yang melekat pada penari seblang. Demikian juga penabuh atau gambuh yang dikenal sebagai pawang untuk membantu jalannya ritual.
Sementara salah satu pengunjung Rina mengatakan,"Kami datang kesini karena ibu guru bilang ini tarian yang bagus. Awalnya sih tidak tertarik, tapi setelah di ceritakan, saya jadi penasaran dan akhirnya datang kesini sama teman-teman," ungkapnya kepada awak media AnalisaPost.
"Tariannya terlihat mistis tapi dari sini kita tau bahwa Indonesia itu banyak sekali seni budayanya. Jadi patut kita lestaraikan. ngak rugi datang kesini. ," ucapnya sambil tertawa riang.
Tarian itu berlangsung sekitar 3 jam. Sambil menari, sang gadis juga menjual kembang dermo yang ditancapkan di lidi. Tak tercatat dan tak terekam tradisi seblang berkembang lewat tradisi lisan, turun temurun.
Pertunjukkan tersebut tidak hanya hiburan semata tetapi mampu membius penonton akan keragman budaya Indonesia, tetapi juga para tamu undangan yang turut hadir yakni Kepala Taman Budaya Cak Durasim Ali Makruf, sekertaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Dian Yosa Okta yang mewakili Kadisbudpar Jatim. Konjen Australia, Konjen Jepang, Lembaga Adat Seblang Olehsari Banyuwangi, dan Komunitas Berkebaya Indonesia.(Dna)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comentários