top of page

UKWMS Hadirkan Mesin Pengering Kerupuk Hybrid untuk Bantu IRT

Diperbarui: 17 jam yang lalu

BANGKALAN - analisapost.com | Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) memperkenalkan inovasi teknologi berupa mesin pengering kerupuk hybrid dan pelatihan kepada warga Desa Jaddih, Bangkalan, Madura, Kamis (11/9/25).

UKWMS perkenalkan alat pengering kerupuk Hybrid untuk IRT
UKWMS perkenalkan alat pengering kerupuk Hybrid untuk IRT (Foto: Div)

Mesin ini dirancang khusus untuk membantu industri rumah tangga (IRT) kerupuk puli, agar lebih efisien, higienis, dan mampu mempercepat proses produksi.


Program pengabdian masyarakat ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat, Ditjen Dikti Ristek, Kemdiktisaintek.


Tim pengabdian ini dipimpin oleh Ir. Dian Trihastuti, ST, MEng, PhD, IPMĀ dari Teknik Industri, bersama dua koleganya: Ir. Yuliati, S.Si, MT, IPU, ASEAN Eng.Ā dari Teknik Elektro, serta Ir. Luh Juni Asrini, SSi, MSi, PhDĀ dari Teknik Industri. Mereka juga didampingi dua mahasiswa Teknik Industri, Nicolas Hansel Yusandi BernantoĀ dan Atanasius Jose Eka Kuswoyo.


Menurut Dian, mesin pengering ini bisa memangkas waktu pengeringan kerupuk dari seharian penuh menjadi hanya 90 menit. "Kalau manual harus menunggu cuaca cerah, lahan luas, dan butuh waktu lama. Dengan mesin ini, lebih hemat energi, cepat, dan hasilnya higienis,ā€ jelasnya kepada awak media AnalisaPost.


Cara kerja mesin

Mesin dengan Panjang 180 cm, lebar 150 cm, tinggi 165 cm ini memiliki tiga bagian yang bisa dipisahkan agar mudah dipindahkan. Bilik pengering berukuran 180 x 100 cm, tinggi 120 cm terbuat dari stainless dan plat baja ringan, dilengkapi sensor temperatur. Sensor ini membuat mesin otomatis berhenti ketika kerupuk sudah kering.

Bilik mesin pengering berukuran 180 x 100 cm, tinggi 120 cm dilengkapi sensor kelembaban membuat mesin otomatis berhenti ketika kerupuk sudah kering
Bilik mesin pengering berukuran 180 x 100 cm, tinggi 120 cm dilengkapi sensor kelembaban membuat mesin otomatis berhenti ketika kerupuk sudah kering (Foto: Div)

Untuk pemanas, mesin menggunakan gas LPG tiga kilogram, yang dapat dipakai hingga tiga kali proses pengeringan menggunakan kaca yang berfungsi menyebarkan panas agar lebih merata.


"Kalau pakai listrik bisa habis sekitar Rp 60 ribu sekali pakai. Dengan LPG, hanya Rp 18 ribu bisa tiga kali proses. Jadi jauh lebih murah,ā€ kata Dian.


Warga setempat menyambut baik inovasi ini. Maulana Ibrohim, lulusan SMK yang mewakili kelompok usaha kerupuk, mengaku senang karena alat tersebut bisa meringankan beban orang tuanya.


ā€œKalau musim hujan, kerupuk susah kering meski pesanan banyak. Walau panas terik, biasanya butuh delapan jam. Dengan mesin ini, hemat waktu, hemat energi, dan lebih higienis,ā€ ungkapnya.


Namun, Maulana juga menyoroti keterbatasan kapasitas mesin. ā€œSayangnya mesin ini hanya muat lima kilogram, sementara produksi kami bisa sampai 20 kilo. Selain itu, alatnya juga agak sulit dipindahkan,ā€ tambahnya.


Meski begitu, warga berharap inovasi ini bisa menjadi solusi awal untuk meningkatkan produktivitas usaha kecil, sekaligus membuka peluang pengembangan mesin dengan kapasitas lebih besar di masa depan.

Foto bersama warga desa Jeddih Bangkalan usai kegiatan
Foto bersama warga desa Jaddih Bangkalan usai kegiatan (Foto: Div)

UKWMS menilai, pengembangan teknologi sederhana namun tepat guna dapat meningkatkan daya saing usaha kecil, sekaligus membuka peluang inovasi lanjutan untuk kapasitas produksi yang lebih besar. (Dna/Che)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

Komentar


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya