ACAB, Slogan Kontroversial yang Selalu Muncul dalam Aksi Demonstrasi
- analisapost
- 16 jam yang lalu
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Setiap kali terjadi aksi demonstrasi berskala besar di Indonesia, salah satu tulisan yang kerap terlihat di spanduk, dinding, hingga media sosial adalah singkatan “ACAB”.

Frasa ini menjadi simbol perlawanan sekaligus kontroversi, karena sering ditujukan kepada aparat kepolisian yang terlibat dalam pengamanan aksi.
Apa Arti ACAB?
“ACAB” merupakan singkatan dari kalimat berbahasa Inggris “All Cops Are Bastards”. Istilah ini sudah lama digunakan dalam gerakan protes di berbagai negara, terutama di Eropa dan Amerika Serikat, sejak era 1970-an.
Kalimat tersebut dipakai kelompok-kelompok demonstran untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap institusi kepolisian yang dianggap represif.
Di Indonesia, istilah ACAB mulai populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama melalui media sosial dan budaya populer seperti musik punk.
Slogan ini kemudian menjelma sebagai simbol penolakan terhadap apa yang dianggap sebagai tindakan kekerasan aparat dalam menangani massa aksi.

Penggunaan ACAB biasanya memuncak ketika terjadi gesekan antara polisi dan demonstran. Dalam sejumlah aksi besar, seperti unjuk rasa menolak undang-undang kontroversial, mahasiswa dan aktivis kerap menuliskan ACAB di poster, tembok, bahkan di media daring.
Menurut salah satu mantan aktivis 98, tulisan ACAB menjadi bentuk ekspresi frustrasi kolektif. "Bagi sebagian demonstran, ACAB adalah bahasa singkat untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap praktik aparat yang dianggap tidak adil,” katanya.
Pihak kepolisian sendiri menilai slogan ACAB sebagai bentuk ujaran kebencian yang merendahkan profesi polisi secara menyeluruh.
Kepolisian sering menegaskan bahwa tindakan represif tidak bisa digeneralisasi kepada seluruh anggota, melainkan merupakan tanggung jawab individu atau oknum.
"Sementara itu, di kalangan publik, ACAB memunculkan perdebatan. Sebagian menilai istilah ini sah sebagai ekspresi kebebasan berpendapat, sementara sebagian lain menganggapnya berlebihan dan justru memperlebar jarak antara masyarakat dengan aparat," ungkap senior ini yang enggan di tulis namanya kepada awak media AnalisaPost, Minggu (31/8/25).

"Di luar negeri, ACAB juga muncul dalam gelombang protes besar, seperti gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat pada 2020," imbuhnya.
Slogan tersebut dilukis di jalan, dipajang di mural, hingga digunakan dalam kampanye digital. Penggunaan ACAB yang mendunia menunjukkan bahwa kritik terhadap aparat kepolisian bukan hanya isu lokal, melainkan fenomena global.
Tulisan ACAB, meski singkat, membawa makna yang dalam bagi kelompok demonstran. Bagi mereka, itu adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Namun bagi aparat, slogan tersebut dipandang sebagai stigma yang merugikan institusi.
Di tengah kontroversi itu, muncul pertanyaan: apakah ACAB sekadar ekspresi protes, atau tanda adanya jurang yang semakin lebar antara masyarakat dan penegak hukum. (Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Komentar