Aceh Fasilitasi 50 Penulis Buku Tahun 2022
top of page

Aceh Fasilitasi 50 Penulis Buku Tahun 2022


Foto : Humas

Aceh, Analisa Post | Pemerintah Aceh melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh akan memfasilitasi 50 penulis buku tahun depan.


Demikian disampaikan DR Edi Yandra, SSTP, MSP, selaku Kepala Dinas PKDA, kepada Biro Aceh Media Analisa Post, Saifuddin Saleh, Jumat lalu, di Banda Aceh. Sabtu (24/07/2021)


"Mendukung program literasi, memenuhi kebutuhan bahan bacaan yang sesuai dan membantu para penulis mencetak karya tulisnya, tahun 2022 digali 50 penulis Aceh, melalui Suatu Tim Penilai, " jelas Ediyandra. Proses dimulai dengan pengumuman ke seluruh Kabupaten/Kota, agar para penulis, atau calon penulis yang telah menulis konsep bahan bacaan tetapi belum diterbitkan untuk merampungkan naskah kemudian mendaftar.


Dalam hal ini Dinas PKDA memberikan penghargaan dan mencetak seluruh buku, tentunya yang materinya mendukung bahan bacaan perpustakaan.


"Jika peminat atau pendaftar yang memenuhi syarat melebihi 50 tahun berikut kuota ditingkatkan sesuai jumlah penulis."lanjut Ediyandra.

Foto : Humas

Akan ada kajian melalui Tim Persiapan dan Pengarah tentang, apakah Dinas ini menjaring seluruh materi meliputi prosa dan puisi tentang Agama, Umum, IPA, sosial dan humaniora, atau bahan bacaan yang up to date untuk meningkatkan kunjungan pustaka, tambah Edi, yang pernah menjabat Camat di Kota Lhokseumawe, dan sebelum menjabat Kadis PKDA adalah Ka.Dinas Pertanahan Aceh.


Mengingat masih tertutupnya informasi penulis di Aceh, Kadis belum merincikan sasarannya, tetapi gambaran program dan tujuannya jelas, memperkaya khasanah perpustakaan cetak yang diminati siswa/pelajar dan masyarakat pemburu info tentang Aceh.


Banyak Penulis Daerah seperti Lukman Munir salah seorang Penulis, Budayawan, dan wartawan yang ikut bersama Kadis dalam pertemuan itu mengatakan, "bahwa di Aceh banyak penulis yang tidak mampu menerbitkan buku dan tidak punya koneksi ke Pemda atau Unit Perpustakaan Daerah."


"Mereka memiliki kemampuan penyajian materi adat, budaya, agama dan seni berbasis kearifan lokal tetapi tidak mendapat penghargaan atau wadah binaan", kata Munir, "sehingga akhirnya berhenti menulis", lanjutnya.


Sebaiknya seiring muncul Dinas/lembaga perpustakaan di setiap daerah malah di desa-desa, peran dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Aceh sangat dibutuhkan, baik dalam bintek, pengarahan, pembekalan dan fasilitasi, sehingga kebutuhan bahan literasi berupa buku terpenuhi, sesuai minat baca dan atau bahan ajar kurikulum sekokah dan dayah, kata Munir.

(Saifuddin Saleh, SH)

56 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page