Aksi Kamisan Kembali Digelar di Taman Apsari, Angkat Isu "September Hitam"
- analisapost
- 1 hari yang lalu
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Aksi Kamisan kembali digelar pada Jumat sore (4/9/25) di Taman Apsari, Surabaya. Sekitar 50 orang hadir dalam aksi damai tersebut dengan mengenakan pakaian serba hitam serta membawa poster berisi kritik terhadap aparat dan pemerintah.

Berbeda dari biasanya, Kamisan kali ini mengangkat isu "September Hitam”, peristiwa yang menewaskan sedikitnya 10 orang massa aksi.
Para peserta berbaris tenang, sebagian membentangkan poster dengan tulisan bernada protes, sebagian lain mendengarkan orasi yang disampaikan di lokasi.
Koordinator Aksi Kamisan, Zaldi Maulana, menegaskan bahwa aksi ini adalah bentuk solidaritas atas gugurnya kawan-kawan aktivis serta respon terhadap kriminalisasi yang menimpa sejumlah pegiat di Jakarta.
"Aksi ini merupakan bentuk solidaritas, khususnya untuk kawan-kawan kita yang gugur berjumlah 10 orang. Kami juga menolak kriminalisasi terhadap para aktivis, serta menuntut negara menghentikan kekerasan terhadap rakyat," ujarnya.
Dalam orasinya, Zaldi juga menekankan bahwa aksi ini bukan sekadar momentum, melainkan bagian dari rutinitas yang sudah berjalan hampir dua dekade. Kamisan sendiri telah memasuki gelaran ke-876 sejak pertama kali digelar di depan Istana Negara, Jakarta, pada 2007.
Gerakan ini identik dengan warna hitam dan payung sebagai simbol duka serta perlawanan tanpa kekerasan terhadap impunitas kasus-kasus pelanggaran HAM berat.
Peserta aksi menuntut negara segera mengusut tuntas tragedi September hitam dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Mereka juga mendesak pemerintah menghentikan segala bentuk represi, termasuk kriminalisasi terhadap aktivis yang saat ini ditahan di Polda Metro Jaya.

"Pesan kami jelas, negara segera hentikan kekerasan terhadap rakyat, dalam bentuk apa pun, dengan dalih keamanan sekalipun," tutur Zaldi.
Menanggapi adanya larangan aksi di beberapa tempat belakangan ini, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak gentar.
"Aneh, negara yang mengaku demokratis justru melarang aksi damai. Padahal Kamisan selalu berlangsung tanpa kekerasan," katanya.
Aksi berlangsung tertib hingga sore hari, ditutup dengan doa bersama untuk mengenang korban yang gugur. Para peserta kemudian membubarkan diri secara damai, meninggalkan pesan kuat bahwa perjuangan menuntut keadilan atas pelanggaran HAM belum selesai.(Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Komentar