Dari Kampung untuk Negeri: Anak Surabaya Suarakan Harapan di Hari Anak Nasional
- analisapost

- 21 Jul
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Puluhan anak dari berbagai komunitas dan sanggar di Surabaya memadati ruas jalan dalam sebuah momentum penting memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2025.

Bertajuk "Suara Anak Kampung Membangun Negeri: Berani Berkarya, Berani Bersuara, Perjuangkan Asa" pada Minggu (20/7/25), pawai ini menjadi panggung terbuka bagi anak-anak kampung untuk menyuarakan hak dan harapan mereka.
Kegiatan yang berlangsung pukul 07.00–08.00 WIB itu dimulai dari Balai RW Pulo Wonokromo Wetan (Pijar) dan berakhir di Sanggar Merah Merdeka (Jl. Tales III No. 1), ini diprakarsai oleh Forum Pendidikan Alternatif (FPA) Surabaya dan melibatkan sejumlah sanggar seperti Sanggar Alang-Alang, Sanggar Merah Merdeka (SMM), Pelita Insan Pembelajar (Pijar), dan Yayasan Lembaga Karya Dharma Surabaya (YLKDS) terlibat aktif dalam kegiatan ini..
Anak-anak berjalan beriringan sambil membawa poster-poster berisi pesan-pesan tentang hak pendidikan, perlindungan, dan ruang tumbuh yang layak.
Poster itu bertuliskan “Kami Butuh Dukungan, Bukan Amarah” dan “Aku Berani Bersuara, Aku Punya Hak.” mereka menyuarakan harapan akan ruang tumbuh yang lebih adil dan aman.
Meski tampak lelah karena berjalan cukup jauh, semangat anak-anak tak surut. Mereka tetap antusias mengelilingi kampung sesuai rute yang ditentukan, sambil mengekspresikan pesan-pesan perjuangan mereka.

Ketua panitia kegiatan, Dini Larasati dari Sanggar Merah Merdeka, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wadah bagi anak-anak kampung untuk menunjukkan karya dan menyuarakan haknya.
“Kegiatan ini kami selenggarakan karena kami melihat masih banyak anak-anak, khususnya di kampung-kampung, yang mengalami kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, dari orang tua atau lingkungan terdekat. Mereka juga kurang mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan fasilitas bermain yang layak," ujar Laras kepada awak media AnalisaPost.
"Melalui pawai ini, kami ingin mengangkat isu-isu tersebut dengan cara yang damai, kreatif, dan tanpa kekerasan. Ini adalah suara anak kampung yang ingin didengar. dihargai dan diperhatikan,” terangnya.
Quin (8), salah satu peserta pawai, mengaku senang bisa ikut berjalan sambil membawa poster. “Senang bisa jalan-jalan sambil bawa tulisan. Aku pingin Ibu dan Ayah tahu kalau kita juga pingin diperhatikan, pingin didengar. Kalau ngomong, jangan dimarahin terus,” ujar gadis cilik itu polos.
Kegiatan tak berhenti di pawai. Anak-anak juga duduk-duduk sambil bercerita yang merefleksikan harapan mereka atas masa depan yang lebih adil dan setara.

Melalui aksi ini, FPA Surabaya berharap masyarakat dan pemerintah semakin lebih peduli terhadap hak anak terutama yang berasal dari komunitas akar rumput agar mereka memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan berdaya. (Che/Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com





Komentar