Dari Napza ke Judol: RS Menur Temukan Pola Ketergantungan Ganda pada Pasien
- analisapost

- 25 Jun
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Rumah Sakit (RS) Menur mencatat lonjakan jumlah pasien dengan gangguan mental akibat kecanduan judi online (judol). Sebelumnya di tahun 2024 hanya sekitar 68 pasien, hingga Juni 2025, setidaknya 85 orang telah menjalani perawatan, dan angka ini terus bertambah seiring meningkatnya kasus serupa di masyarakat.

Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Menur, Rifatul Hasna, M.Kes, menyampaikan bahwa beragam pasien yang dirawat, bahkan ada yang masih berusia 14 tahun berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur bahkan dari Sorong sampai Papua.
āSelain pasien terapi karena kecanduan napza, beberapa pasien ternyata juga terlibat aktif bermain judi online, sehingga mengalami ketergantungan ganda baik terhadap zat adiktif maupun perilaku judi,ā ujar dr. Hasna kepada awak media AnalisaPost saat di temui, Rabu (25/6).
Hasna menyebut, pasien kecanduan judol itu awalnya hanya iseng bermain. Saat memenangkan permainan judol ternyata membuat mereka terus ingin bermain hingga kecanduan.
"Hal itu kan menimbulkan rasa senang di otaknya, kemudian dia menambah lagi. karena mereka tidak tahu kalau aplikasi seperti itu ada adiksinya disana," terangnya.
Ada pasien yang diketahui kecanduan judol setelah mereka tengah menjalankan rehabilitas napza. Bahkan mayoritas yang menggunakan napza juga kecanduan judol.
"Pasien yang direhab untuk napza setelah kami dalami ternyata hampir sebagian besar dari mereka menggunakan untuk judol. Sehingga perawatan pasien kecanduan judul dilakukan berdasarkan tingkat keparahan masing-masing. Ada yang dirawat inap ada juga yang dirawat jalan," jelasnya.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Menur, dr. Lila Nurmayanti, Sp.K.J., juga menegaskan bahwa kecanduan judi online bukan persoalan sepele. Menurutnya, gangguan ini dapat memicu berbagai gejala mental dan sosial yang serius.
āPasien bisa mengalami gelisah, sulit tidur, berbohong soal keuangan, bahkan tidak bisa lepas dari ponsel karena terus berjudi. Dalam beberapa kasus, muncul gangguan kecemasan, depresi, hingga obsesif-kompulsif,ā jelas dr. Lila.
Kecanduan judol juga berdampak besar terhadap kualitas hidup pasien. Banyak dari mereka mengalami putus hubungan dengan keluarga, kehilangan pekerjaan, terlilit utang pinjaman online (pinjol), bahkan terjerat penyalahgunaan narkoba.
āMasa depan mereka menjadi sangat terancam jika tidak ditangani dengan serius,ā imbuhnya.
Meski begitu, dr. Lila menegaskan bahwa gangguan ini bisa diatasi melalui pendekatan medis dan psikologis.
āKami melakukan farmakoterapi atau pengobatan dengan obat-obatan, disertai psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT), terapi suportif, dan terapi keluarga, karena dukungan orang tua sangat penting dalam proses pemulihan. Pengobatan ini tidak instan, apalagi pada pasien yang mengalami gangguan motorik akibat kecanduan,ā pungkasnya.
Ia menambahkan, terapi spiritual juga digunakan sebagai pelengkap dalam proses rehabilitasi. Untuk menghadapi lonjakan pasien, RS Menur kini memperkuat layanan rehabilitasi terpadu dan mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap gejala kecanduan judi digital, terutama di kalangan usia produktif. (Che/Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com





Komentar