SURABAYA - analisapost.com | Tak banyak yang bisa dikatakan seorang guru terutama guru yang statusnya masih honorer. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, guru honorer harus memiliki penghasilan tambahan karena upah guru honorer masih jauh dari cukup apalagi ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Minggu (05/06/22)
Ditengah kondisi sulit, seorang guru honorer di Kota Surabaya, Abing Nusantoso seorang guru seni SMKN 12 yang sempat viral, bergerak melampaui dirinya sendiri. Dia keluar dari belenggu keterbatasan, bahkan bukan hanya untuk diri sendiri. Dia mengajar seni, mendidik murid-muridnya.
Untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian baik, seseorang juga harus memiliki sifat manajerial, dengan fleksibelitasnya dalam menghadapi para siswa di kelas. Dia harus mampu memiliki keahlian dalam perencanaan, mampu dalam mengatasi dua atau lebih aktifitas kelas dalam waktu yang sama, dia juga harus mampu memelihara waktu bekerja dan menggunakan efesien dan konsisten serta menerima suasana kelas yang ribut dengan kegiatan.
Saat awak media Analisa Post mendatangi Mas Abing nama sapaannya, ia menyampaikan ada keinginan seorang guru yang belum terwujud,"Cita-cita saya menarasikan seni dan budaya Indonesia."ujarnya singkat dan tegas
"Dimanapun kita berada, dengan siapapun, saya harus menarasikan seni dan budaya karena benar-benar dari hati, berangkat dari hati, ada pesan moral untuk seni dan budaya khususnya pada seni tradisional." ceritanya disela-sela jam istirahat.
Menurutnya berbicara tentang seni dan budaya, tak lepas dari pesan Bung Karno 'Jas Merah' "Melestarikan dan merawat itu beda mas. Kalau melestarikan seni dan budaya, saya menari, tetapi berbeda dengan merawat." ujarnya.
"Kenali budayamu, sebelum kita tau, kenali dulu sehingga kita akan menjadi tau dan kalian akan mencari tau, kemudian akan suka dan mencintai sehingga bisa mempertahankan sebelum dicintai orang lain atau di klaim orang lain budayanya. Kalau sudah menjadi profesi seorang pelestari seni dan budaya, cintai profesimu. Maka kalian akan sukses dengan profesimu."imbaunya.
Pria kelahiran Jombang ini mengatakan, memiliki teknik untuk mengontrol kelas agar suasana kelas menjadi tenang dan menjaga siswa tetap mau belajar, tentu tidak mudah.
Karena menjadi guru harus mampu berinteraksi, bagaimana guru bisa berkomunikasi dengan orang tua murid jika kepribadian sangat tertutup dengan orang lain. Sedangkan perkembangan siswa harus disampaikan kepada orang tua, kepala sekolah dan wali murid.
Agar mampu menghantarkan para siswa menjadi smart dan competitive, maka profesi guru adalah profesi yang sangat mahal. Bukan profesi orang-orang miskin yang di bayar sesuka hati atau seadanya. Profesi guru bukan profesi terhina hanya karena gaji yang tidak memadai.
Seni mengajar berkaitan dengan cara guru melakukan interaksi dengan siswa melalui metode mengajar. Hal tersebut berkaitan dengan keterampilan dan kreativitas seorang guru dalam mendidik.
Guru memegang peran penting untuk mensukseskan pembelajaran terutama saat terjadinya pandemi Covid-19. Guru di tuntut meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi dalam kegiata pembelajaran.
Program-program pendidikan yang dilakukan harus benar disampaikan kepada murid dan mendapat kawalan agar guru yang mengajar melalui media daring tetap cerdas menyampaikan pelajaran yang wajib dipahami oleh murid.
Dengan tuntutan seperti itu, bagaimana seorang guru bisa memaksimalkan tugasnya yang berat jika mereka tergantung dari hasil honorer. Saat pandemi mereka berjuang untuk hidupnya, namun tetap bisa memberikan pendidikan yang baik untuk murid-muridnya.
"Saya ingin jadi guru tetap. Tidak seperti sekarang masih honorer. Sebenarnya saya ingin membuat surat terbuka yang ditujukkan ke Mentri Pendidikan. mengenai nasib guru honerer terutama soal gaji pastinya tidak sesuai. Berharap dinas terkait memberi perubahan nasib berikut kesejahteraan." urainya dengan mata berkaca-kaca. Dibalik viralnya ia di sosmed, ternyata ada kisah pilu yang belum tersampaikan.
Pria yang penuh inovasi dan kritis ini sempat memiliki ide gila tercetus untuk menari bersama muridnya menggunakan pakaian seragam sekolah dimall tujuannya bukan untuk viral. Namun ia berkeinginan ada perhatian khusus dari dinas terkait tentang seni dan budaya termasuk kesejahterahaan seorang guru. Ia tau resiko yang dihadapi jika hal itu di lakukan.
Persoalan tak hanya sebatas perjuangan perubahan status. Pandemi yang menyerang semua ekonomi masyarakat, turut memberi dampak pada penghasilan para guru Honorer.
Bagi guru-guru yang memiliki penghasilan mempuni, akses internet, tagihan listrik yang besar, mungkin tidak berpengaruh. Sementara yang mengandalkan pendapatan dari Honorer, harus memutar otak untuk mencari tambahan.
Nasib guru honorer terancam apabila penerimaan peserta didik ditiadakan atau hanya mendapat sedikit murid. Jika hal itu terjadi, tentu sasaran utamanya adalah guru honorer.
Abing sebagai guru honorer mengatakan,"Sebagai guru honorer,dibayar per jam tentu tidak cukup belum akomodasi transportasi. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan begitu sulit menembus tes CPNS untuk memperjuangkan agar tidak menjadi guru honorer lagi."
"Apa yang saya dan murid saya lakukan hingga akhirnya viral di sosmed, itu bukan tujuan kami. Yang kami inginkan adalah bagaimana seni dan budaya kita tetap ada. Jangan biarkan mereka mengambil budaya kita dan dijadikan hak paten mereka." (Che/Dna)
Seni dan budaya tradisional butuh effort untuk merawat serta menjaga agar tetap lestari di tangan generasi hingga selanjutnya. Maturnuwun sudah menyapa🙏🥺