top of page

Indonesia Perkuat Diplomasi Kesehatan Hewan dengan Negara-Negara Afrika

SURABAYA - analisapost.com |  Indonesia melalui Balai Besar Veteriner Farma (BBVet) Pusvetma, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), menggelar kegiatan capacity building internasional bagi 16 peserta dari empat negara Afrika: Nigeria, Mozambique, Zimbabwe, dan Tanzania.

Indonesia Perkuat Diplomasi Kesehatan Hewan dan memberikan cindera mata kepada empat perwakilan Negara-Negara Afrika
Indonesia Perkuat Diplomasi Kesehatan Hewan dan memberikan cindera mata kepada empat perwakilan Negara-Negara Afrika (Foto: Div)

Program ini berlangsung pada 24–30 Agustus 2025, dengan fokus pada pengendalian penyakit hewan strategis, seperti Septicemia Epizootica (SE), Anthrax, serta Rabies.


Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si, menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi bukti nyata diplomasi kesehatan hewan Indonesia.


"Ini momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan keunggulan produk veteriner kita, sekaligus mempererat jejaring kerja sama dengan negara sahabat,” ujarnya saat membuka kegiatan.


Salah satu daya tarik utama dalam pelatihan ini adalah vaksin produksi dalam negeri. Vaksin Anthravet, yang digunakan untuk mengendalikan Anthrax, mendapat perhatian khusus dari para delegasi. Selain itu, vaksin rabies Neorabivet juga dipuji karena mampu memberikan perlindungan hingga satu tahun setelah vaksinasi pertama.


Delegasi Nigeria, Nick Douglas Nwankpa, menyampaikan apresiasinya. “Kami sangat terkesan dengan sistem vaksinasi rabies di Indonesia. Di negara kami, vaksin kedua diberikan hanya tiga bulan setelah suntikan pertama. Jika bisa diperpanjang menjadi setahun, tentu akan sangat menghemat anggaran dan mempermudah implementasi di lapangan." ungkapnya.


Sementara perwakilan Mozambik menambahkan, "kami kagum dengan teknologi vaksin rabies Neorabivet. Jika benar perlindungannya sampai setahun, kami ingin menjajaki kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia," tambahnya.


Selain vaksinasi Anthrax dan Rabies, peserta juga menaruh perhatian besar pada pengelolaan kerbau. Hewan ini dinilai memiliki nilai ekonomi dan budaya tinggi di negara-negara Afrika.

Kepala BBVet Pusvetma, drh. Edy Budi Susila
Kepala BBVet Pusvetma, drh. Edy Budi Susila (Foto: Div)

Perwakilan dari Tanzania, Zachariah Ephraim Makondo dari Tanzania Veterinary Laboratory Agency, menuturkan, "kerbau menjadi salah satu hewan ternak yang banyak diminati di daerah kami. Kami ingin tahu lebih banyak bagaimana Indonesia melakukan vaksinasi dan pengendalian penyakit pada kerbau," ucapnya.


Delegasi Zimbabwe, Biko Masimba Gadaga, menyampaikan hal serupa. "Kami melihat pengalaman Indonesia dalam menjaga kesehatan kerbau memberi perspektif baru. Hal ini sangat relevan dengan kondisi kami yang juga mengandalkan kerbau dalam sektor pertanian," tuturnya.


Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari kalangan akademisi. Pakar epidemiologi Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH, menilai capaian Indonesia penting untuk dipublikasikan lebih luas.


"Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Produk vaksin Indonesia, baik untuk Anthrax maupun Rabies, tidak dimiliki negara lain. Dunia perlu mengetahuinya,” tegasnya.


Delegasi Nigeria bahkan berharap ada kerja sama lebih jauh di bidang produksi vaksin. "Produk vaksin Indonesia seperti Anthravet membuka wawasan baru bagi kami. Kami ingin mempelajari mekanisme produksinya, karena ini bisa menjadi solusi di negara kami yang masih bergantung pada impor vaksin,” ujar salah satu dari perwakilan.


Kepala BBVet Pusvetma, drh. Edy Budi Susila, M.Si, menambahkan bahwa program ini tidak sekadar pelatihan teknis, melainkan langkah strategis diplomasi.


"Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman, teknologi, sekaligus produk vaksin kepada negara sahabat,” kata kepada awak media AnalisaPost, Sabtu (29/8/25).


Kegiatan ini terlaksana dengan dukungan penuh Lembaga Dana Keuangan Pembangunan Internasional (LDKPI) melalui hibah internasional sebesar Rp 2,35 miliar.

Delegasi Mozambique yang mengikuti capacity building internasional di Surabaya
Delegasi Mozambique yang mengikuti capacity building internasional di Surabaya (Foto: Div)

Melalui kegiatan ini, Indonesia tidak hanya memperkuat posisi sebagai produsen vaksin veteriner, tetapi juga membangun jembatan diplomasi yang mempererat solidaritas antarbangsa.


Dengan berbagi pengalaman dalam pengendalian Anthrax, Rabies, serta pengelolaan ternak kerbau, Indonesia kian membuktikan diri sebagai mitra strategis dalam kesehatan hewan global. (Dna)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

Komentar


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya