"Jangan Panggil Mama Kafir", Kisah Nyata Cinta Lintas Iman yang Menguras Air Mata
- analisapost
- 1 hari yang lalu
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Film terbaru garapan sutradara Dyan Sunu Prastowo, berjudul Jangan Panggil Mama Kafir, siap tayang di bioskop mulai 16 Oktober 2025. Film produksi Maxima Pictures bekerja sama dengan Rocket Studio Entertainment ini diangkat dari kisah nyata yang mengangkat tema cinta lintas iman, keluarga, dan perjuangan seorang ibu menghadapi perbedaan keyakinan.

Dibintangi oleh Michelle Ziudith, Giorgino Abraham, Humaira Jahra, dan Elma Theana, film ini menghadirkan drama keluarga yang sarat makna dan emosi.
Kisah Cinta di Tengah Perbedaan Keyakinan
Film Jangan Panggil Mama Kafir mengisahkan hubungan antara Maria (Michelle Ziudith), seorang perempuan Nasrani, dan Fafat (Giorgino Abraham), pria Muslim yang saling mencintai meski berbeda agama.
Perbedaan keyakinan menjadi “tembok” besar dalam hubungan mereka, namun keduanya memilih untuk melanjutkan cinta hingga ke jenjang pernikahan tanpa adanya paksaan untuk berpindah agama.
Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang putri bernama Laila (Humaira Jahra), yang menjadi simbol cinta dan harapan di tengah perbedaan. Namun kebahagiaan keluarga kecil ini harus berakhir ketika Fafat meninggal akibat kecelakaan, meninggalkan pesan agar Laila kelak belajar dan memeluk agama Islam.
Konflik Hak Asuh dan Pergulatan Iman
Usai kepergian Fafat, Maria harus berjuang membesarkan Laila seorang diri sekaligus menepati janji kepada mendiang suaminya. Namun situasi menjadi rumit ketika Umi Habibah (Elma Theana), ibu mertua Maria yang dikenal sebagai seorang ustazah, merasa pendidikan agama Laila belum sesuai harapan.
Konflik semakin memuncak ketika Umi Habibah menuntut hak asuh Laila melalui jalur hukum. Dari sinilah film ini menyoroti pergulatan batin seorang ibu yang berusaha menjalankan amanah suami, sekaligus mempertahankan kasih sayangnya terhadap anak di tengah perbedaan keyakinan dan tekanan sosial.

Diangkat dari Kisah Nyata
Produser Yoen K mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata. Ia menyebut, proses pemilihan judul sempat mengalami beberapa perubahan dari Janji Maria, kemudian Mamaku Kafir, hingga akhirnya ditetapkan menjadi Jangan Panggil Mama Kafir.
"Fokus utama film ini bukan untuk memperdebatkan perbedaan agama, tetapi untuk menonjolkan makna keluarga dan hubungan antara seorang mama dan anak yang memiliki keyakinan berbeda,” ujar Yoen K dalam keterangannya.
Sementara itu, sutradara Dyan Sunu Prastowo menilai tema pernikahan beda agama masih relevan dengan realitas masyarakat saat ini. Ia berharap film ini dapat membuka ruang dialog dan empati terhadap isu-isu toleransi yang sering dihadapi dalam kehidupan nyata.
Pesan Kemanusiaan dan Toleransi
Lebih dari sekadar drama cinta, Jangan Panggil Mama Kafir menghadirkan refleksi mendalam tentang arti kasih sayang, toleransi, dan pengorbanan seorang ibu. Kisahnya yang menyentuh dan realistis menjadikan film ini layak ditonton bersama keluarga.

Film ini tidak hanya menyajikan kisah yang menguras air mata, tetapi juga mengajak penonton merenungkan makna keluarga lintas iman dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dengan penuh kasih di tengah perbedaan.
Film “Jangan Panggil Mama Kafir” tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 16 Oktober 2025. Film ini diharapkan mampu menjadi tontonan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi antarumat beragama. (Dna)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com klik link ini jangan lupa di follow.
Komentar