DENPASAR - analisapost.com | Griya Kongco Dwipayana atau Ling Sii Miao di Jalan Tanah Kilap, Denpasar Selatan, Bali, merupakan tempat ibadah etnis Tionghoa yang berdiri sejak tahun 1999.

Tempat ini memiliki 28 altar pemujaan. Di area persembahyangan paling depan ada altar kolam 7 Dewi yang diyakini memberikan cinta kasih, rejeki, serta peningkatan spiritual. Ada altar Dewa dan di luar area Kongco dikelilingi patung-patung penjaga seperti gajah Maliki dan gajah Pali, singa-singa penjaga, serta gedong Panglima Emas Huang Cin Chua.
Menurut pemuka agama Kongco Dwipayana, Ida Bagus Adnyana yang akrab disapa Atu Mangku, sejarah berdirinya tempat ini bermula dari penemuan prasasti batu bertuliskan huruf Tionghoa pada tahun 1987. Hal tersebut disampaikan pada Senin (10/2/25).
"Di atas batu itu tertulis nama Dewa Ong Tay Jen dan Dinasti Qing sekitar 500 tahun yang lalu. Namun, tujuan utusan Dinasti Qing datang ke Bali masih menjadi misteri," ceritanya kepada awak media AnalisaPost.
Lokasi Griya Kongco yang berdekatan dengan Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap menjadi simbol perpaduan budaya. Bahkan, sarana persembahyangan seperti canang, dupa, dan biji-bijian yang lazim dalam tradisi Hindu Bali turut digunakan di tempat ibadah ini.
Selain sebagai tempat peribadatan, Griya Kongco Dwipayana juga memiliki Sanggar Mutiara Naga, yang sejak tahun 1999 menjadi pusat latihan dan pementasan barongsai di Bali.
"Anak-anak muda berlatih dua kali seminggu untuk melestarikan budaya ini, menunjukkan perpaduan harmonis antara budaya Tionghoa dan Bali," jelas Atu Mangku.

Tempat ini terus menjadi tujuan beribadah, tidak hanya bagi umat lokal, tetapi juga mereka yang berasal dari China, Jepang, Thailand, dan Singapura. Setiap perayaan Imlek, Kongco dipenuhi umat yang datang bersembahyang, mencerminkan toleransi dan kerukunan beragama di Bali.
Setiap perayaan Imlek, Kongco ini dipenuhi oleh umat yang datang untuk bersembahyang. Tradisi perayaan Imlek bersama ini telah berlangsung selama kurang lebih 500 tahun, mencerminkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Bali.
"Presiden RI Ke-4, Abdurrahman Wahid, saat beliau masih jadi presiden sempat berkunjung ke Kongco dalam rangka silahtuhrahmi dan mempererat kerukunan umat beragama," kata Atu Mangku. Ia merupakan umat Hindu yang selalu mendapat petunjuk atau wahyu dimana ia harus menggemban misi Shiva-Budha.
"Saya sebenarnya tidak tahu kenapa saya dipilih untuk mengemban misi ini. Tahun 1987 Kongco dulu hanya nama, belum ada seperti ini. Disini dulu itu hutan dan saya sering ke hutan, gunung bersama istri membawa sarana persembahan untuk memohon petunjuk sesuai dari wahyu yang saya dapatkan. Saya sempat merasa putus asa tapi tidak bisa meninggalkannya," tuturnya.
Petunjuk-petunjuk dari alam lah yang akhirnya mengilhami berdirinya Kongco Dwipayana Tanah Kilap termasuk konsep bangunannya.
"Semua atas restu alam. Indahnya Negeriku akhirnya tempat ini menjadi pilihan Beliau," ucapnya.
Di dalam Kongco juga ada bangunan padmasana, Ratu Gede Penganter Jagat Ratu Mas Rajeg Bumi tepat disebelah Pagoda Dewi Kwan Im lengan seribu, di depannya terrdapat patung Panglima Tio Kei dan Panglima Lau Im.

"Griya Kongco Dwipayana menjadi simbol nyata akulturasi budaya, di mana umat Hindu, Buddha, dan Tionghoa dapat beribadah dengan tenang dan nyaman. Perpaduan simbol dan sarana persembahyangan menunjukkan bagaimana perbedaan agama justru memperkaya kehidupan beragama di Bali," ungkap Atu Mangku di sela-sela kesibukan.
Sementara salah satu penggunjung yang datang untuk berdoa juga menyampaikan bahwa Kongco ini merupakan klenterng tertua selain di Singaraja.
"Ada dua klenteng tertua di Bali yaitu di Denpasar, Griya Kongco Dwipayana dan klenteng di Singaraja pada jaman VOC Tan Hu Cin Jin. Jadi wajib datang kesana," ucapnya sambil tertawa.
"Klenteng ini terkenal sebagai Dewa pengobatan. Percaya atau tidak, intinya siapapun yang datang minta obat, pasti bisa pulih kembali. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan yang kita punya," tutupnya mengakhiri perbincangan sore itu.
Meskipun hujan terus mengguyur Kota Denpasar, umat yang datang untuk berdoa tetap berjalan tanpa menghiraukan derasnya air hujan. (Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments