Kisah Haru Meski Maut Mengintai, Bocah Kanker Membawa Ceria
top of page

Kisah Haru Meski Maut Mengintai, Bocah Kanker Membawa Ceria

Diperbarui: 18 Feb 2023

SURABAYA - analisapost.com | Setiap tanggal 15 Februari kita memperingati hari Kanker Anak Sedunia. Hal ini diperingati sebagai bentuk dukungan para pasien kanker terutama anak-anak yang berjuang untuk sembuh. Seperti yang dilakukan oleh Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia (YPKAI) di Jalan Dharmahusada Indah Timur 9 blok L 142 no 14 Surabaya, Kamis(15/2/23) saat awak media Analisa Post berkunjung.

Raut lugu anak-anak terpancar senyum bahagia, mereka tampak senang seakan-akan tidak ada penyakit kronis (Foto: Div)

Tempat ini selalu menjadi jujukan keluarga pasien penderita kanker dan tumor yang kurang mampu sehinga menjadi satu-satunya rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker dengan menyediakan tempat dan bantuan secara gatis bagi penderita kanker untuk menjalani perawatan di rumah sakit Surabaya. Jumat (17/2/23)


Lantas apa saja kesulitan yang di hadapi hingga akhirnya bisa mewujudkan Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia atau YPKAI ini?


Asal Mula YPKAI


Berbicara tentang Rumah Singgah YPKAI, tak luput dari sosok Rubiyah Sardjono yang bergelut dengan penyakit kanker. Rubiyah pernah menjadi penderita kanker Payudara 2014. Setelah sembuh, Ia menjadi relawan kanker di RSUD dr Soetomo Surabaya dan aktif membantu anak-anak lain penderita kanker melalui yayasan YPKAI yang di bentuk dan berbagai kegiatan yang dilakukannya.

YPKAI awalnya didirikan untuk menjadi rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker dan tumor dari keluarga kurang mampu. Sehingga diharapkan keberadaan YPKAI ini bisa sedikit meringankan beban orang tua. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, 'Rumah Singgah' jadi tempat bagi orang dari luar Surabaya yang ingin berobat di rumah sakit untuk tinggal sejenak karena mereka datang ke RS untuk dikemo.


Mereka bisa tinggal selama kamar masih ada yang kosong, syaratnya hanya bagi penderita kanker dan tumor anak dibawah usia 14 tahun.


Apa yang bisa di suport oleh YPKAI


Kita berikan bantuan kepada mereka mulai dari tempat tinggal, kebetulan mereka ada yang dari Balikpapan, Bontang, sampai Maumere, NTT, Sampit, seluruh Indonesia ada disini kita berikan tempat tinggal, makanan secara gratis. Belum lagi keperluan seperti susu, pempers, peralatan mandi dan lain-lain bahkan obat-obatan dan tindakan-tindakan yang tidak ditanggung BPJS.


Rata-rata anak-anak mengalami sakit Leukimia, Ginjal, Kelenjar getah bening, Neuroblastoma, Tumor Tulang, Tumor Kepala, Saraf, Tumor Kepala dan yang mendominasi adalah Leukemia. Disini anak-anak ada yang bersekolah dan sebagian besar tidak karena sakit. Satu persatu dari 300 an anak yang singgah di YPKAI sudah berpulang karena berjuang melawan kanker.

Sedih sekali melihat satu persatu anak-anak kami berpulang. Mereka banyak yang tidak mampu, sedangkan kami disini hanya mengandalkan uluran tangan dari para donatur, bahkan sering mengeluarkan dana dari kantong pribadi untuk disalurkan kepada mereka dan yang ada di rumah sakit, meskipun sebenarnya kami sedang fokus mencari dana agar bisa memiliki rumah singgah permanen sehingga tidak perlu berpindah-pindah kontrakan dan berharap tahun depan bisa merealisasi untuk tempat tinggal.


Kita juga berikan kegiatan seperti buat permainan, hingga bagi-bagi hadiah dan masih banyak kegiatan positif lainnya. Jadi dengan adanya seperti ini, kondisi anak senang dan imunnya lebih tinggi. Rasa bahagia, senang itu yang membuat anak-anak penderita kanker merasa rasa sakit itu akan hilang. Perjuangan anak dengan kanker harus didukung penuh. Mereka membutuhkan perhatian dan semangat dari keluarga dan lingkungan.


Harapan


Mereka bukan hanya berjuang untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Harapan saya sebagai Ketua YPKAI kepada masyarakat jangan pernah melihat anak-anak penderita kanker ini dengan sebelah mata. Anak-anak ini butuh kasih sayang, butuh perhatian, dan butuh perlindungan.

Bagaimana orang tua mewarnai perjuangan anak-anak penderita


Kami hanya bisa tersenyum dan pasrah melihat anak-anak. Kalau untuk pendidikan, semua orang pasti ingin anaknya sekolah. Saya sebagai orang tua Evan, Inginnya disekolahkan di sekolah umum, tapi saya tidak tega, akhirnya tinggal di rumah singgah. Evan juga sudah menjalani operasi beberapa kali dan saya sebagai ibu hanya bisa pasrah kepada yang punya hidup, cerita salah satu orang tua penderita Tumor Kapala.


Evan selalu terlihat ceria yang tidak pernah menunjukan rasa sakitnya kepada siapapun. Meskipun menurut orang tuanya kadang kala si anak emosi.


Saat tertuju pada salah seorang anak yang asik bermain tak pedulikan wajah -wajah orang tua dan tamu yang datang, terdengar suara kecil mereka, "Ojok nagkono dekek nang kene (jangan taruh di sana, tapi taru disini). Yuk ambil lagi yang lainnya,"ujar salah satu bocah cilik penderita kanker saat bermain bersama temannya mendorong kereta buah berkeliling mengambil dan kembali meletaknnya di keranjang. Seorah-olah mereka berperan sebagai ibu dan anak yang sedang berbelanja ke supermarket dan mereka bermain tetap di dampingi sang bunda.


Raut lugu anak-anak tersebut terpancar senyum bahagia, mereka tampak senang seakan-akan tidak ada penyakit kronis yang mereka rasakan. Tak terlihat di wajah mereka sedih, mengeluh bahkan mereka semua tertawa bercanda hingga ajal yang menghentikan tawa mereka. Sebagai awak media yang datang untuk meliput kegiatan mereka, ikut terenyuh dan terbawa arus melihat kondisi mereka.

Is seorang wanita tangguh sebagai sopir ambulan di YPKAI (Foto: Div)

Kisah sedih dan pilu sopir ambulan


Saya sampai tidak bisa menangis lagi karena terlalu banyak yang meninggal terutama saat melihat mereka lagi kritis di Rumah Sakit. Sebagai sopir ambulan apalagi saya seorang wanita, tentunya sering menangis bahkan sekarang sampai tidak bisa menangis lagi. Saya selalu berada disini 24 jam. Jadi benar-benar bisa merasakan bagaimana anak-anak menangis, merintih kesakitan dan saya berusaha menyenangkan anak-anak disini.


"Siapapun yang memiliki hati nurani, sabar dan iklas pasti bisa merawat mereka para penderita, seberat apapun masalah itu akan tetap bahagia. Kuncinya cuma satu, sabar dan iklas. Jika tidak punya hati nurani, maka tidak kuat," ujar Is wanita tangguh sebagai sopir ambulan di YPKAI mengakhiri kisahnya dengan suara parau.


Berharap mereka bisa menjadi sumber inspirasi bagi semua orang. Menjalani hidup itu harus kuat. Jangan mudah menyerah, lakukanlah hal-hal yang positif dan manfaatkan hidup ini dengan sesuatu yang berguna sebelum ajal menjemput kita. Salut melihat perjuangan mereka untuk bertahan dalam menghadapi penyakit kronis yang dideritanya. (Dna)


Dapatkan Update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com

69 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page