Lansia Justru Prioritas Untuk Mendapatkan Vaksinasi
top of page

Lansia Justru Prioritas Untuk Mendapatkan Vaksinasi

SURABAYA - analisapost.com | Minggu, 17 Oktober 2021 Relawan Pendamping Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) yang tergabung dalam Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 (PPKPC) kembali meyelenggarakan webinar guna meningkatkan kapasitas dan pemahaman para relawan serta menjalankan fungsi edukasi pada masyarakat.


Materi webinar yang selanjutnya disebarluaskan melalui kanal youtube, IG dan medsos relawan PPKPC dan diharapkan dapat menjadi referensi dan tambahan pengetahuan bagi masyarakat umum.


Acara dibuka oleh Sita Prmesthi, Relawan PPKPC RSLI dan dilanjutkan oleh dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK. selaku MC dengan menghadirkan dua nara sumber yaitu dr. Novira Widajanti, Sp.PD.K-Ger., FINASIM selaku konsultan Geriatri dan Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD.KAI, FINASIM. selaku Konsultan Alergi Immunologi.

Webinar dimoderatori oleh Dr. Christrijogo Sumartono, dr., Sp.An-KAR. dr. Novira membuka materi pertama dengan menjelaskan bahwa saat ini usia harapan hidup semakin panjang, berarti para manula (manusia lanjut usia) semakin meningkat. Kriteria manula adalah diatas usia 60 tahun. Sedangkan saat ini usia harapan hidup mencapai angka 70 tahun.


Menua itu normal, semua orang pasti mengalami proses itu. Penuaan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Secara genetik proses penuaan itu pasti, juga sangat dipengaruhi faktor life-styyle, lingkungan, sosial budaya.


Faktor kesehatan sangat dipengaruhi sosial dan psikososial. Sama-sama usia 70 tahun belum tentu sama tingkat kesehatannya. Usia lansia, lebih pada usia biologisnya, bukan sekedar usia kronologisnya.


Kesehatan usia lanjut adalah tabungan dari proses kesehatannya pada usia muda. Kalau sejak muda sudah memikirkan kesehatannya.

Lansia direkomendasikan menerima vaksinasi, tidak saja vaksin covid-19,tapi jugavaksin yang lainnya. Dengan pemberian vaksin akan memperbaiki kesehatan individu usia lanjut tersebut.


Pada lansia sangat dibutuhkan status fungsional, yakni kemampuan individu merawat dirinya sendiri secara mandiri. Lansia mengalami penurunan fungsional, ketika terjadi kondisi inveksi, maka tidak bisa serta merta kembali seperti sebelum sakit. Maka perlu perlindungan terhadap penyakit melalui vaksinasi.


Covid-19 berdampak pada usial lanjut, karena usia lanjut lebih tinggi resikonya dibanding orang usia muda. Kalau sakit, nampak lebih berat, mortalitas lebih tinggi. Covid-19 juga berdampak pada ekonomi, psikologis, dan sosial.


Usia lanjut tidak hanya fisik, tapi faktor lain amat sangat mempengaruhi. Berada dalam rumah bisa membuat mereka jenuhatau bosan. Mereka tidak nyaman, sehingga susah tidur, depresi, semangat hidup berkurang.


Untuk itu harus dibantu orang sekitar, bertukar kabar, bertukar cerita, tetap menjaga jarak. Mereka tetap diajak menjalankan rutinitas yang bebeda.


Tidak saja fisik, tapi fikiran melakukan kegiatan yang bersemangat. Kuncinya harus tetatp aktif. Aging proses itu pasti berjalan. Bagaimana menjadi tua tapi tetap sehat. Usia lanjut sangat dipengaruhi stutas fungsionalnya.


Dapat dijaga dengan asupan nutrisi yang sehat. Banyak buah, makan berseratdan berprotein. Stimulasi fungsi kognitif dan psikis dengan melakukan pengelolaan stress, menjaga fungsi sosial, fungsi dan aktifitas fisik, serta interaksi sosial baik ke teman, keluarga, msyarakat sekitar dsb.


Juga tidur yang cukup, total 6-8 jam perhari sangat menentukan kualitas hudipusia lanjut. Itu dapat mencegah munculnya komorbid pada usia lanjut. “Vaksinasi sebaiknya tetap dilakukan.

Jangan takut,dan protokol kesehatan tetap dijalankan. Menua pasti, menjaga kesehatan itu harus, menjadi menua mandiri aktif produktif dan bahagia adalah pilihan. Mongo dipilih.” pungks dr. Novira.


Dr. Gatot yang saat ini juga sebagai Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Wilayah Jawa Timur serta Tim advokasi pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 PB IDI menyampaikan materi kedua mengenai virus SARS-CoV-2 (Covid-19) dan vaksinasi.


Tentang vaksinasi pada lansia yang mempunyai komorbid, yang perlu dikritisi adalah bukan bahayanya, tapi kerugiannya. Bahayanya tidak ada, tapi ruginya kalau misal gula darahnya tinggi, titer antibodinya tinggi sulit didapat.


Idealnyanya komorbidnya diatasi dahulu, baru vaksin. Tapi kalau komorbidnya ditangani tapi membutuhkan waktu yang lama, dikhawatirkan vaksinasi terlambat malah terkena covid-19 duluan. Untuk itu mana yang bisa dijalankan, sebaiknya dilakukan dahulu.


Dr.Gatot juga menegaskan bahwa sampai sejauh ini belum ada satupun obat-obatan yang terbukti efektif menanggulangi covid-19. SARS-CoV-2 senantiasa bermutasi saat bereplika karena tidak sempurnanya mekanisme proof-reading kode genetikanya sehingga berpeluang menghasilkan varian virus baru yang bisa lebih berbahaya.


Semua itu bisa dicegah jika kita tidak membiarkan diri kita diinveksi oleh virus, yaitu dengan patuh menjalankan protokol kesehatan 6M dan ikut vaksinasi. Vaksinasi terbukti memberikan perlindungan terhadap inveksi Covid-19 yang berat.


Resiko terjadinya KIPI lebih kecil dibandingkan manfaat yang diperoleh dari vaksinasi. Lansia dan individu dengan penyakitkomorbid justru lebih beresiko mengalami komplikasi yang berat jika terkena covid-19 dan karenanya justru menjadi kelompok prioritas untuk mendapatkan vaksin dan bahakan dipertimbangkan untuk injeksi booster.


”Vaksinasi yang lengkap akan memberikan perlindungan dan harus segera dituntaskan untuk semua sasaran vaksinasi agar kekebalan kelompok untuk masuarakat Indonesia bisa dicapai dean pandemi covid-19 bisa segera diakhiri.” pungkas Dr. Gatot.


Dr. Christrijogo Sumartono, dr., Sp.An-KAR. selaku moderator meringkas apa yang disampaikan para narasumber. Vaksin pada lansia adalah prioritas, karena itu lansia harus dibantu mengkases dan mendapatkannya.


Mereka yang memiliki komorbid bukan kontra indikasi selama stabil dan bisa dikendalikan maka tidak ada alasan untuk tidak divaksinasi. Terima kasih pada nara sumber, telah memberikan banyak tambahan ilmu pada para relawan yang selama ini membantu pasien-pasien covid di lapangan.


Dengan pengetahaun dari dokter, akan bisa menjadi kekeuatan para sukarelawan supaya bisa membantu menuntaskan permasalahan di masyarkat. Syndroma pasca-covid-19, menjadi PR kita bersama, membantu masyarakat menghapus stigma dan mengatasi permasalahan pasca covid-19. “Terima kasih kepada semua peserta webinar, malam-malam masih mau menggali ilmu.

Juga pada Dr. Erwin Astha Triyono yang telah memberikan dukungan penuh acara ini sehingga kita bisa turut memberikan pencerahan kepada masyarakat. Semoga materi ini bermanfaat untuk semua.” tutup Dr. Christ.


Menutup acara, dr. Fauqa selaku MC menyampaikan bahwa apa yang kita dapatkan hari ini untuk dapatnya disampaikan minimal ke keluarga terdekat. Mari kita sukseskan vaksinasi, semoga pandemi segera selesai. Materi selengkapnya webinar ini dapat diikuti di kanal youtube relawan Pendamping RSLI di https://www.youtube.com/watch?v=UsMDCPM-fR8 Ia mengakhiri webinar dengan sebuah pantun. “Upacara hari senin. Ditugaskan sebagai pembaca. Jangan takut pada vaksin. Agar imun kita bisa terjaga.”

46 tampilan0 komentar
bottom of page