Legitnya Kue Rangin yang Mulai Langka
top of page

Legitnya Kue Rangin yang Mulai Langka

SURABAYA - analisapost.com | Rangin adalah satu jajanan tradisional yang bisa kita temui di berbagai daerah yang kini kehadirannya sudah mulai langka. Kue ini dikenal dengan nama yang berbeda di beberapa daerah seperti di Surabaya disebut rangin, di Jakarta disebut kue pancong, di Bandung lebih dikenal bandros, orang Bojonegoro menyebutnya tratak jaran.

Bentuknya seperti keu pukis, berstektur fluffy, serta punya perpaduan rasa manis dan gurih, banyak disukai apalagi kalau dimakan saat masih hangat yang baru dikeluarkan dari cetakannya.


Bagi penyuka manis, biasanya menambahkan gula pasir bagian atasnya. Jajanan yang bahan dasarnya tepung beras, santan dan kelapa parut ini wanginya sungguh menggoda biasanya dijajakan di sekolah-sekolah, pusat keramaian atau dibawa keliling di sekitar perumahan.


Kue rangin juga salah satu jajanan legendaris yang murah bisa dinikmati bersama secangkir teh atau kopi oleh karena itu, banyak wistawan luar negeri yang takjub.


Untuk cetakan kue rangin ini mirip dengan cetakan pukis dan umumnya dapat ditemukan di toko bahan kue terdekat. bahan pembuatannya sendiri sederhana, terdiri dari tepung beras atau tepung ketan, kelapa parut, santan,telur ayam, garam dan gula pasir.


Karena kelapa adalah bahan yang dominan dan sangat menentukan kualitas hasil akhirnya, sebaiknya gunakan kelapa parut yang masih segar, santannya juga sebaiknya dari kelapa asli. Bagi kalian yang ingin membuatnya wajib mempersiapkan:

Bahan Dasar

  • Tepung ketan dan kelapa parut yang diulen sampai adonannya berbutir

  • Disisi lain bisa menggunakan tepung terigu, santan, air soda dan baking powder.

Bentuk:

  • Meskipun sekilas tampak sama setengah lingkaran namun kue ragin lebih pipih di bandingkan kue pancong karena menggunakan bahan pengembang.

  • Sementara ku pancong mengandung baking powder hingga adonannya mengembang.

Toping

  • Kue ragin disajikan dengan gula pasir yang dicampur larutan dan kelapa

  • Kue pancong bisa dimakan tanpa topping atau ditambahkan dengan keju, meses dan aneka topping.


Ran laki-laki penjual kue Ragin saat ditemui awak media AnalisaPost, ia bercerita dengan senangnya. "Saya biasanya berjualan di sekitar Tugu Pahlawan dan tidak pernah pindah tempat. Setiap hari biasanaya saya membawa 2.5 kilogram karena adonan ini tidak bisa nginap sebab cepat basi," ceritanya.


"Untuk resepnya saya dapatkan dari saudara yang kebetulan juga jual ragin yang kebetulan hari ini libur karena kurang sehat," imbuhnya.

Pria yang menghabiskan waktunya untuk berjualan, rela berjalan dari rumahnya ditempuh kurang lebih 2.5 kilo menuju Tugu Pahlawan sambil memikul dagannnya.


"Jualan disini sudah saya jalani sejak tahun 1989 mulai pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB," jelasnya.


Salah satu pembeli pun memuji rasa kue ragin pak Ran," rasanya rangin Pak Ran tdak pernah berubah alias enak wajar banyak pelagannya,"kata Andi pelanggan yang sering membeli jajanan tradisional itu.


Dari cerita pak Ran, banyak yang bisa kita dipelajari. Pesan moral yang didapat adalah dalam menjalani hidup harus selalu tekun dan konsisten untuk mendapatkan hasil yang maksimal. (Che)


Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.


Editor: Dewi

933 tampilan0 komentar
bottom of page