Lewat BBVet Pusvetma, Indonesia Tawarkan Pengalaman dan Teknologi Peternakan ke Afrika
- analisapost

- 29 Agu
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Indonesia terus memperkuat diplomasi strategis di bidang peternakan dengan negara-negara Afrika. Melalui Balai Besar Veteriner Farma (BBVet) Pusvetma, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menggelar pelatihan kesehatan hewan internasional pada 24–30 Agustus 2025 di Jawa Timur.

Kepala BBVet Pusvetma, drh. Edy Budi Susila, mengatakan pelatihan ini tidak hanya bersifat teknis, melainkan juga menjadi sarana diplomasi Indonesia di kancah global.
“Program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan momentum untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman, teknologi, sekaligus produk vaksin kepada negara sahabat,” ujarnya, Jumat (29/8/2025).
Pelatihan berfokus pada pengendalian tiga penyakit hewan menular, yakni Septicemia Epizootica (SE), Anthrax, dan Rabies. Kegiatan ini diikuti 16 peserta dari empat negara Afrika, yaitu Nigeria, Mozambik, Zimbabwe, dan Tanzania.
Program ini mendapat dukungan pendanaan dari Lembaga Dana Keuangan Pembangunan Internasional (LDKPI) melalui hibah sebesar Rp2,35 miliar.
Salah satu aspek yang menarik perhatian peserta adalah penggunaan vaksin buatan Indonesia. Dua produk unggulan yang dipamerkan yakni Anthravet untuk pengendalian Anthrax dan Neorabivet untuk Rabies.

Neorabivet mendapat sorotan khusus karena diklaim mampu memberikan perlindungan hingga satu tahun pascavaksinasi, sehingga dianggap lebih efisien dalam hal biaya dan pelaksanaan program di lapangan.
Delegasi Nigeria, Nick Douglas Nwankpa, menyampaikan apresiasinya terhadap inovasi vaksinasi di Indonesia.
"Kami sangat terkesan dengan sistem vaksinasi rabies di Indonesia. Jika perlindungan bisa diperpanjang hingga setahun, itu akan sangat menghemat anggaran dan mempermudah pelaksanaan di negara kami,” katanya.
Ketertarikan peserta juga meluas pada pengelolaan ternak kerbau, yang di Indonesia memiliki nilai ekonomi sekaligus budaya tinggi. Perwakilan Tanzania, Zachariah Ephraim Makondo, menegaskan keinginannya untuk mempelajari lebih dalam pengalaman Indonesia.
"Kami ingin tahu lebih banyak bagaimana Indonesia melakukan vaksinasi dan pengendalian penyakit pada kerbau,” ujarnya.
Dari kalangan akademisi, Prof. Dr. Mustofa Helmi Effendi dari Universitas Airlangga menilai keberhasilan Indonesia dalam pengembangan vaksin patut dipublikasikan secara internasional.“Ini adalah produk yang tidak dimiliki negara lain. Dunia perlu mengetahuinya,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. drh. Agung Suganda, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata diplomasi Indonesia di sektor peternakan.
"Ini momentum penting untuk menunjukkan keunggulan produk veteriner kita sekaligus mempererat jejaring kerja sama dengan negara sahabat,” katanya.
Dengan inisiatif ini, Indonesia tidak hanya memperluas peran sebagai pusat pengembangan vaksin veteriner di Asia, tetapi juga memperkuat jembatan kerja sama strategis dengan negara-negara Afrika.(Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com





Komentar