Mahasiswa Papua di Surabaya, Terima Ancaman Poster Provokatif hingga Kiriman Biawak
- analisapost
- 1 Jul
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Mahasiswa Papua di Surabaya melaporkan adanya teror dan intimidasi yang mereka alami dalam sepekan terakhir. Teror tersebut terjadi pada 19–23 Juni 2025, menjelang rencana aksi damai menolak militerisme dan investigasi kasus pelanggaran HAM di Papua yang dijadwalkan pada 20 Juni 2025.

Bentuk intimidasi yang diterima mahasiswa bervariasi, mulai dari pemasangan poster bernada provokatif, ancaman melalui pesan WhatsApp dari nomor tidak dikenal, hingga pengiriman paket aneh seperti biawak ke asrama dan kontrakan mahasiswa.
Menyikapi hal itu, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya menggelar konferensi pers pada Selasa siang (1/7/2025). Dalam konferensi pers tersebut, mereka meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus teror ini dan segera mengidentifikasi pelakunya.
“Bentuk terornya berupa poster-poster yang ditempel di sekitar asrama. Malam harinya, kami juga menerima pesan ancaman dari nomor asing. Ada yang mengancam akan membunuh atau menangkap kami. Beberapa teman merespons dengan menanyakan asal-usul nomor itu, sebagian lagi memilih untuk mengabaikan,” kata Hengki, salah satu perwakilan mahasiswa Papua, kepada awak media AnalisaPost.
Hengki menambahkan bahwa kejadian serupa juga dialami mahasiswa Papua di berbagai kota lain. Di Yogyakarta, mereka menerima kiriman ayam mati dan sampah bercampur kotoran ayam. Di Bali, ada kiriman kepala babi busuk. Sementara di Makassar, teror berbentuk surat yang mengatasnamakan "Rakyat Makassar" dan berisi pembatasan aksi mahasiswa.
“Sejauh ini kami belum membuat laporan resmi ke polisi, baru sebatas konsultasi dengan lembaga bantuan hukum. Koordinasi juga masih terbatas, belum sampai melibatkan pemerintah daerah,” tambahnya.

Hengki juga menyampaikan bahwa mahasiswa Papua akan terus mengantisipasi berbagai bentuk teror, terutama di tengah situasi Papua yang menurut mereka masih berada dalam tekanan operasi militer.
“Ke depan, kami akan lebih waspada, khususnya terhadap aktivitas malam hari,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan dari LBH Surabaya, M. Ramli Himawan menyatakan bahwa pihaknya telah mengarahkan para mahasiswa untuk menyampaikan aduan ke Komnas HAM.
“Langkah awal yang dapat diambil saat ini adalah pengaduan resmi ke lembaga-lembaga hak asasi manusia. Kami juga mendorong adanya perlindungan hukum bagi mereka,” kata Ramli.(Che)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Commenti