top of page

Miris! Di Balik Kenaikan Gaji Pejabat, Guru di Toraja Rela Berutang Demi Mengajar

Diperbarui: 4 hari yang lalu

TORAJA - analisapost.com | Setiap pagi, Lusiana Lembang memulai hari dengan doa singkat sebelum menempuh perjalanan panjang menuju sekolah tempat ia mengajar. Ransel di punggungnya bukan hanya berisi buku pelajaran, tetapi juga tekad dan pengabdian yang telah ia pupuk selama 22 tahun terakhir di pelosok Tana Toraja.

Guru pedalaman dari Tana Toraja ini rela berutang dan menembus medan ekstrem demi memastikan anak-anak di pelosok tetap mendapat pendidikan
Guru pedalaman dari Tana Toraja ini rela berutang dan menembus medan ekstrem demi memastikan anak-anak di pelosok tetap mendapat pendidikan (Foto: Ist)

Lusiana adalah seorang guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di SDN 3 Mappak, Kabupaten Tana Toraja. Sekolah tempatnya mengajar berada di Lembang Dewata, Kecamatan Mappak, wilayah yang dikenal sebagai salah satu daerah paling terpencil dan tertinggal di kabupaten tersebut.


Untuk sampai ke sekolah, Lusiana harus menempuh perjalanan sejauh 70 kilometerĀ dari rumahnya di Lembang Tanete. Jalannya berkelok, menanjak, dan sebagian besar masih berupa tanah berlumpur.


Ia melewati 12 lembang (setingkat desa)Ā dan bahkan sempat menyeberang ke Provinsi Sulawesi Barat, tepatnya melewati Kabupaten Mamasa.


"Perjalanan ke sekolah itu seperti antara hidup dan mati,ā€ ujarnya pelan, Kamis (9/11/25).


Perjalanan ke sekolah hanya bisa ditempuh dengan ojek motor. Biayanya tidak murah sekitar Rp 600 ribu sekali jalan, belum termasuk bensin dan risiko kerusakan motor akibat medan ekstrem.


"Kadang tukang ojek menolak antar. Katanya lebih baik mereka cari penumpang ke kota daripada ke sekolah saya karena jalannya terlalu berbahaya.ā€tutur Lusiana.


Ia mengenang, beberapa kali dirinya terjatuh dari motor, bahkan hampir terperosok ke jurang. Dalam beberapa kesempatan, ia harus mendorong motor sambil memanggul berasĀ untuk bekal selama sebulan di sekolah.


Namun beratnya perjuangan itu tidak membuatnya menyerah. ā€œSaya sudah terbiasa. Tugas saya sebagai guru sekecil apa pun adalah bentuk pengabdian untuk masa depan anak-anak di sini,ā€ ucapnya lirih namun tegas.


Di balik semangatnya yang besar, Lusiana memendam kisah getir. Selama enam bulan terakhir, tunjangan khususĀ bagi guru di daerah terpencil sebesar Rp 19 jutaĀ tak kunjung cair. Akibatnya, ia terpaksa berutang hingga Rp 10 jutaĀ hanya untuk membayar ongkos ojek menuju sekolah.


"Saya pinjam ke tukang ojek langganan. Kalau tidak begitu, saya tidak bisa datang ke sekolah,ā€ katanya.


Ironisnya, kisah perjuangan Lusiana datang di saat pemerintah pusat baru saja mengumumkan kenaikan gaji bagi pejabat negara, ASN, TNI-Polri, hingga guruĀ melalui Perpres Nomor 79 Tahun 2025.


Di tengah berbagai janji perbaikan kesejahteraan aparatur negara, kenyataan di lapangan justru menunjukkan ketimpangan yang nyata antara guru di kota dan mereka yang mengajar di pelosok negeri.


Meski dihimpit kesulitan, Lusiana tidak kehilangan harapan. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan, bahkan di pelosok yang jauh dari perhatian.


"Kalau saya berhenti, siapa lagi yang ajar anak-anak di sini?ā€ ujarnya sambil tersenyum tipis.

Dedikasi Lusiana adalah potret nyata perjuangan para guru pedalaman di Indonesia mereka yang rela menantang medan berat, hidup dalam keterbatasan, bahkan berutang demi satu tujuan: menerangi masa depan anak-anak bangsa.


Kisah Lusiana Lembang menjadi pengingat bahwa pemerataan pendidikan tidak hanya bergantung pada kebijakan di atas kertas, tetapi juga pada keberpihakan nyata terhadap mereka yang mengajar di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. (Che)


Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com klik link ini jangan lupa di follow.

Komentar


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya