Peneliti Laktasi Dr Ray Wagiu Basrowi: Cuti 6 Bulan Wajib Segera Disahkan
top of page

Peneliti Laktasi Dr Ray Wagiu Basrowi: Cuti 6 Bulan Wajib Segera Disahkan

JAKARTA - analisapost.com | Usulan cuti melahirkan 6 bulan dalam RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak adalah kebijakan penting yang seharusnya sudah disahkan pemerintah RI sejak lama. Menurut peneliti dari kedokteran komunitas dan kedokteran kerja, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK bahwa kebijakan cuti melahirkan 6 bulan adalah kebijakan mutlak karena berbagai kajian ilmiah dari kesehatan masyarakat.

“Kedokteran hingga public policy sejak tahun 1990an sudah membuktikan bahwa cuti 3 bulan saja pasti akan menyebabkan kegagalan ASI eksklusif, sehingga berdampak pada Kesehatan ibu dan bayi. Bahkan penelitian kami di FKUI juga menunjukkan ibu pekerja dan buruh yang harus kembali bekerja sebelum usia bayi 6 bulan, selain ASI eksklusif nya risiko gagal, juga produktivitas nya tidak optimal.” ungkap Dr Ray yang menjadi peneliti utama beberapa program intervensi laktasi pekerja perempuan.


Dr Ray menegaskan bahwa fokus utama pada cuti melahirkan 6 bulan adalah mendukung dan memastikan keberhasilan ASI eksklusif di enam bulan pertama kehidupan bayi. Saat ini kondisi nya menjadi tidak konsisten, karena pemerintah menargetkan kesuksesan ASI Eksklusif tetapi jutaan ibu pekerja justru tidak diproteksi hak menyusui nya hingga 6 bulan.


Sementara kita ketahui bersama, dukungan laktasi di tempat kerja di Indonesia juga belum maksimal. Jadi memang Langkah yang paling strategis adalah intervensi kebijakan public dengan kebijakan cuti 6 bulan ini,”ujar Dr Ray yang sering memberi edukasi kesehatan lewat akun Instagram @ray.w.basrowi


Ditambahkan Dr Ray, apabila kekhawatiran utama pemerintah dan pemilik usaha adalah aspek profit karena harus tetap memberi upah penuh selama cuti 6 bulan, poin ini sebenarnya sudah dikaji mendalam lewat banyak penelitian di seluruh dunia, bahwa memaksakan ibu bekerja di periode awal terutama di 6 bulan pertama setelah melahirkan justru produktivitas nya menajdi tidak maksimal.


“Karena ibu pekerja akan perlu sering break atau izin untuk pompa ASi disela waktu kerja, kemudian ibu menyusui yang sambil bekerja juga akan lebih capek dan konsentrasi terganggu. Bahkan tingkat absensi juga menjadi lebih tinggi dikalangan ibu menyusui yang Kembali bekerja sebelum bayi usia 6 bulan,” ujar Ray.


Penelitian Dr Ray Wagiu Basrowi tentang laktasi pada pekerja sejak tahun 2012 menunjukkan bahwa cuti yang hanya 3 bulan adalah penghambat utama ASI eksklusif. Di tahun 2015, prevalensi ASI eksklusif di kalangan pekerja terutama buruh pabrik hanya 19% atau satu dari dua buruh perempuan yang menyusui gagal ASI eksklusif karena faktor harus kembali bekerja saat bayi masih 2-3 bulan. (hafiz mabrur).

2 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page