top of page

Perayaan Cap Go Meh di Bali Bertepatan dengan Hari Suci Pagerwesi

Diperbarui: 9 Mar

DENPASAR - analisapost.com | Cap Go Meh (15 hari setelah Imlek) adalah perayaan penting dalam tradisi Tionghoa tepat saat purnama pertama dalam kalender Lunar yang jatuh pada tanggal 12 Februari 2025. Di Bali, momen perayaan ini bertepatan dengan hari Suci Pagerwesi yang dirayakan umat Hindu.

Perayaan Cap Go Meh di Bali Bertepatan dengan Hari Suci Pagerwesi
Perayaan Cap Go Meh di Bali Bertepatan dengan Hari Suci Pagerwesi (Foto: Div)

“Cap Go Meh merupakan malam penutupan Imlek, tidak hanya menandai berakhirnya rangkaian perayaan Imlek, tetapi juga menjadi momen alkulturasi budaya, terutama di Bali,” ujar Jero Ayu, humas bidang kerohanian Griya Kongco Dwipayana, Klenteng tertua yang terletak di sebelah Pura Luhur Candi Narmada Denpasar.


Perayaan Cap Go Meh di Griya Kongco Dwipayana menghadirkan tiga pertunjukan utama yakni atraksi Barongsai menjadi ikon budaya Tionghoa sebagai penolak bala serta melambangkan keberuntungan.

Selain itu, tarian tujuh Bidadari dan tarian tujuh Dewi menghadirkan nuansa sakral dan estetika yang khas. Kedua tarian ini melambangkan kehadiran energi positif dan keberkahan, memberikan suasana yang khidmat sekaligus megah di tengah perayaan.


"Momen ini juga diisi dengan menyajikan lontong kari Cap Go Meh, menu khas berisi lontong, kare daging ayam dan telur ayam rebus yang menggambarkan perpaduan kuliner Tionghoa dan lokal," katanya.


Dari pantauan awak media AnalisaPost, ada yang berbeda terlihat di Kongco ini. Tampak ratusan umat Buddha dari berbagai latar belakang, baik dari etnis Tionghoa maupun umat Hindu turut hadir dan ikut berdoa bersama menggunakan pakaian adat Bali seperti kamben, kebaya putih, dan selendang.

Jero Ayu, humas bidang kerohanian Griya Kongco Dwipayana
Jero Ayu, humas bidang kerohanian Griya Kongco Dwipayana (Foto: Div)

Tidak sedikit pula yang mengenakan busana Cheongsam (pakaian tradisional Tionghoa) bernuansa merah sebagai simbol keberuntungan dalam tradisi Tionghoa. Perpaduan budaya tampak dalam bentuk simbol-simbol persembahyangan, ada untuk umat Budha, Hindu, dan Tao.


Jero Ayu mengatakan kongco tersebut bersebelahan dengan Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap. Meski pembangunan kedua tempat ibadah ini tidak terkait, namun banyak umat Hindu yang datang berdoa ke kongco setelah sembayahyang dari pura.


Komang Suhendrawati adalah salah satu umat asal Singaraja yang datang berdoa ke Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap. Ia menyempatkan diri datang ke Kongco bersama keluarganya.


"Ini pertama kalinya saya datang kesini. Awalnya saya datang ke Pura Luhur Candi Narmada untuk sembahyang karena hari ini adalah hari suci umat hindu Pagerwesi. Setelah selesai sembahyang, saya lihat kok ada klenteng bagus, akhirnya iseng saya masuk," ceritanya.


Meskipun tak memiliki darah Tionghoa, mereka mengaku merasa damai bisa berdoa disana.

Komang Suhendrawati adalah salah satu umat asal Singaraja
Komang Suhendrawati adalah salah satu umat asal Singaraja (Foto: Div)

"Setelah masuk, saya merasakan vibrasi yang berbeda. Saya tidak menyangka kalau disini juga ada padmasana (pura). Sempat binggung sih, tapi karena tujuannya sembahyang, jadi saya senang," jelasnya sambil tersenyum. Perayaan Cap Go Meh berlangsung sampai tengah malam.


Perayaan Cap Go Meh di Tanah Kilap menjadi bukti nyata harmonisasi budaya di Bali. Kehadiran umat dari berbagai latar belakang mencerminkan persatuan dalam keberagaman patut dijadikan contoh bagi daerah lain.(Dna)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

Komentar


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya