Pesan Cak Semute: Agar Tidak Mengesampingkan Makna Dan Filosofis Tari Remong Atau Ngeremong
top of page

Pesan Cak Semute: Agar Tidak Mengesampingkan Makna Dan Filosofis Tari Remong Atau Ngeremong

SURABAYA - analisapost.com | Seniman dan pelaku kebudayaan asal kota Surabaya, Abdoel Semute (Cak Semute) berpesan kepada walikota surabaya Eri Cahyadi dan Kepala Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya agar tidak mengesampingkan makna dan filosofis tari remong atau ngeremong. 


Hal ini ia sampaikan merespon ramainya pemberitaan di media dan perbincangan para orangtua siswa SD dan SMP terkait event pemecahan rekor muri tari remong sebanyak 50 ribu penari yang rencananya akan digelar pada 18 desember 2022.


Sebagai pemilik sanggar OmahNduwur, sanggar yang memberikan pelatihan tari remong secara gratis untuk anak-anak di Kawasan eks lokalisasi Keemil, Bangunrejo, dan Bangunsari, Cak Semute memberikan apresiasi kepada walikota Eri Cahyadi karena sudah mengajak siswa-siswi se kota Surabaya untuk melestarikan budaya (nguri-nguri budoyo) tari remong.


Kendati demikian, Cak Semoet juga sekaligus memberikan kritik keras terkait persiapan kegiatan yang terkesan serampangan, tergesa-gesa, dan dipaksakan yang kemudian menuai buntut Panjang terhadap keluh kesah orangtua siswa karena susahnya mendapatkan aksesoris penari remong.

 

“Sampean bayangkan, para orangtua pusing mencari selendang warna merah (sampur) dan gongseng untuk anaknya. Kalaupun ada, harganya juga sangat mahal dan gak masuk akal," ujar cak semut saat diwawancarai media di sanggar OmahNduwur di bangunredjo gang-1, pada jumat (16/12/22).


Cak semoet kemudian memberikan contoh jika berdasarkan pantauannya dilapangan, pihaknya banyak mendapati banyak siswa-siswi yang kurang serius untuk mengikuti event ini.


Hal tersebut pasti berimplikasi terhadap tidak maksimalnya tarian remong yang akan ditampilkan pada saat pemecahan rekor muri nantinya. 


Sejujurnya kami sebagai pelaku seni merasa prihatin dengan persiapan pemecahan rekor tari remong yang akan melibatkan para pelajar." kata Cak Semute.


"Persiapan yang terges-gesa dan serampangan seolah memberikan isyarat jika event ini hanya untuk gagah-gagahan saja," tegas Cak Semute.


Menari bukan hanya soal menggerakkan badan, tetapi harus menghadirkan rasa (wiroso), raga (wirogo), dan Gerakan seirama (wirama). Apalagi tari remong juga syarat akan makna dan filosofis kepahlawanan dan nilai perjuangan," kata Cak Semute dengan nada berat.


Cak Semute juga tidak ingin jika keterlibatan anak-anak dalam gelaran pemecahan muri tari remong hanya mengedepankan makna ceremonial dan simbolis saja.


Jangan sampai anak-anak kita hanya terkesan sebagai “boneka penari” saja, yang tidak paham dan tanpa dilandasi kesadaran untuk menghadirkan tarian remong yang syarat makna," imbuhnya.


Lebih lanjut cak semoet juga memaparkan, jika kedepannya event sebesar ini harusnya melibatkan banyak pihak khususnya para seniman, pelaku budaya, dan sanggar-sanggar tari yang banyak didapati di kota Surabaya.


“Pak walikota Eri Cahyadi harus lebih dalam blusukkan ke kampung-kampung untuk mendukung sanggar-sanggar yang tidak pernah tersentuh uluran tangan pemkot ," katanya.


“Dukungan kepada sanggar-sanggar tari yang berkelanjutan jauh lebih bermakna untuk menjaga akar kebudayaan, ketimbang acara ceremonial seperti ini. Nanti kalau tari remong di klaim negara lain sebagai warisan tak benda UNESCO, baru bengok-bengok (teriak-teriak)," pungkas Cak Semoet menutup pembicaraa.


Diketahui, sanggar OmahNduwur adalah sanggar seni yang memberikan banyak kegiatan pelestarian seni dan budaya kepada anak-anak dikawasan eks lokalisasi bangunrejo, bangunsari, dan kremil kota Surabaya. 


Sekitar 6 tahun berdiri, sanggar OmahNduwur telah memberikan pelatihan tari remong kepada anak-anak secara gratis.


Untuk merubah citra positif kampung eks lokalisasi, sanggar ini secara rutin membuat kampanye seni dan budaya dengan cara memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menunjukkan keahliannya menari remong di ruang publik dan mall yang ada di kota Pahlawan.


Dikesempatan lain, Syaiful selaku ketua Komnas Perlindungan Anak Kota surabaya, saat diwawancarai menjelaskan, ada 2 sisi yang menjadi bahasan tentang pelaksanaan kegiatan tersebut, dari sisi positif, bisa tampak adanya perhatian pemerintah terhadap budaya serta melestarikan warisan budaya, pemenuhan hak anak terutama rekreasi dan pendidikan, terlebih disaat ini timbulnya kenakalan remaja yang mengarah pada kekerasan serta kriminal.


Kegiatan ini menjadi salah satu cara menggerakkan anak yang dialami oleh generasi rebahan akibat covid 19. Tetapi juga perlu dipertimbangkan juga tentang protokol kesehatan dan kegiatan mengumpulkan massa disaat covid belum benar benar tuntas, apalagi dari data, korban covid ada indikasi naik. Sependapat dengan yang dikemukaan oleh budayawan dari kampung eks kremil, agar tidak menjadi gebyar sesaat, Perlu dikenalkan sejarah dan filosofi dari tari remo itu sendiri. Serta perlu direspon akan kegelisahan sebagian walimurid disaat kondisi ekonomi yang tidak baik. Untuk Cak Eri dan Jajaran, kami mengucapkan Selamat dan Sukses atas pagelaran pemecahan rekor muri, tapi juga pahami keresahan para budayawan, wali murid serta tetap utamakan prokes, imbuhnya.( Ist)

35 tampilan0 komentar
bottom of page