Sekolah St.Stanislaus Gelar Perarakan Bunda Maria Tutup Bulan Rosario
- analisapost
- 30 Mei
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Sekolah Komplek Kalijudan yang berada di bawah naungan Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan Surabaya II menggelar perayaan penutupan Bulan Rosario Hidup bertema “Ugeripun Nyenyuwun”, sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa yang berarti “kami mohon dengan rendah hati”, pada Jumat (30/5/2025).

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 09.00 WIB ini diikuti 600 peserta terdiri dari siswa-siswi dari KB-TK Santa Theresia, SD Katolik Santa Theresia 2, SMP Katolik Santo Stanislaus 2, SMA Katolik Santo Stanislaus, serta para guru dan karyawan diawali dengan doa pembuka dan pembacaan peristiwa dalam Doa Rosario.
Acara dilanjutkan dengan prosesi mengarak Patung Bunda Maria mengelilingi kompleks sekolah, dimulai dari lingkungan SMP Katolik Santo Stanislaus 2, dilakukan secara bergiliran oleh siswa, guru, dan karyawan merupakan simbol penghormatan umat Katolik kepada Maria, ibu dari Yesus Kristus.
Dari pantauan Awak Media AnalisaPost, tradisi Katolik atau prosesi semacam ini merupakan bentuk devosi yang memperdalam iman dan relasi rohani dengan Bunda Maria sebagai perantara doa.
Johanes Fiadeni Nabu, guru agama SMA Katolik Santo Stanislaus Surabaya menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya menjadi penanda berakhirnya Bulan Rosario, tetapi juga sebagai sarana penguatan iman sekaligus ajang promosi sekolah.
“Setiap minggu kami rutin mengadakan doa Rosario bersama. Hari ini, perayaannya dibuat lebih meriah sebagai puncak Bulan Maria,” ujar Johanes kepada awak media AnalisaPost saat ditemui usai kegiatan.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini bertepatan dengan perayaan Tahun Yubileum Gereja Katolik 2025. Dalam kesempatan tersebut, siswa diperkenalkan dengan maskot Tahun Suci, yaitu Luce, Sky, Shen, dan Vepe yang merepresentasikan nilai-nilai kasih, terang, pengharapan, dan persaudaraan.

Johanes menekankan pentingnya devosi kepada Bunda Maria sebagai bagian dari pembinaan iman umat Katolik. Ia menyebutkan bahwa meskipun terdapat siswa yang beragama Islam, Buddha, Hindu, dan Konghucu, mereka tetap mengikuti prosesi Rosario dengan antusias sebagai bentuk penghormatan dan toleransi antarumat beragama.
“Bahkan mereka sangat hafal dan lancar mengucapkan doa Salam Maria tanpa melihat teks. Ini menjadi bukti bahwa doa bisa menjadi perekat kebersamaan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Johanes menegaskan bahwa umat Katolik tidak menyembah Maria, melainkan menghormatinya sebagai ibu dari Yesus Kristus.
“Dengan mengarak patung Maria, kita menunjukkan rasa hormat kepada Bunda Tuhan, bukan menyamakannya dengan Allah. Devosi ini adalah bentuk syukur dan teladan iman,” tambahnya.
Fransisco, salah satu peserta dari kelas 10 SMA Katolik Santo Stanislaus, mendapat kesempatan untuk mengangkat patung Bunda Maria. Ia mengaku sempat merasa gugup, namun pengalaman itu menjadi sangat berkesan.
“Awalnya deg-degan, tapi setelah diangkat ternyata biasa saja dan semuanya berjalan lancar. Saya merasa senang bisa berpartisipasi dan berharap bisa lebih mendalami bagaimana Bunda Maria menyertai kita dalam kehidupan,” ungkapnya.
“Latihannya cuma sekali, tapi saya sangat senang bisa ambil bagian. Saya ingin lebih memahami peran Bunda Maria dalam doa dan kehidupan sehari-hari,” tutupnya mengakhiri perbincangannya dengan awak media AnalisaPost.
Momen ini juga menjadi kesempatan spiritual untuk memohon berkat dan kekuatan agar semakin mampu mengambil bagian dalam misi pelayanan pendidikan Katolik di Surabaya dengan semangat pengabdian dan kasih yang tulus.
Selain mempererat kebersamaan antarunit sekolah, kegiatan ini juga menjadi sarana edukatif yang memperkenalkan kekayaan tradisi Gereja Katolik yang tetap relevan di tengah dinamika kehidupan modern.(Che/Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments