Angela Gilsha Ungkap Ketegangan di Raja Ampat: Dikejar Kapal setelah Tinjau Lokasi Tambang
- analisapost
- 15 Jun
- 2 menit membaca
SURABAYA - analisapost.com | Aktris sekaligus aktivis lingkungan, Angela Gilsha Panari, yang akrab disapa Angela Gilsha membagikan pengalaman kurang menyenangkan saat mengunjungi kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat Daya, Minggu (15/6/25)

Dalam kunjungannya baru-baru ini, Angela mengaku sempat “diusir” saat hendak meninjau lokasi tambang di sekitar area wisata.
Meski hanya memperhatikan dari kejauhan, Angela dan timnya mendapat peringatan keras dari petugas keamanan.
"Ada petugas yang membunyikan klakson dari atas pulau. Suaranya keras sekali," ujar Angela, Rabu, (11/6/25)
Angela menyatakan kepanikan saat petugas melarang mereka mendekat. Padahal, menurutnya, tambang tersebut diklaim telah memiliki izin resmi.
"Kenapa kami diklaksonin? Ini legal, kan? Kenapa memangnya? Nggak boleh lihat?" sindir Angela.
Tak hanya itu, usai meninggalkan lokasi, rombongan Angela juga dikejar oleh sebuah perahu cepat tak dikenal.
"Kami dikejar perahu cepat, dan saya tidak tahu siapa mereka," kata Angela.
Ia menduga aksi itu dilakukan untuk menakut-nakuti. "Awalnya saya pikir cuma buat nakut-nakutin atau mungkin kepo saja, ini siapa," lanjutnya.
Perahu itu bahkan disebut mengikuti mereka hingga dekat area penginapan. Angela mengaku awalnya datang ke Pulau Kawe untuk menikmati keindahan alam Raja Ampat.
"Pulau itu benar-benar indah. Pasir putih, koral warna neon, ikan-ikan warna-warni. Rasanya seperti di tempat yang tidak nyata," ungkapnya.
Namun rasa penasaran membawanya untuk melihat langsung kondisi pulau yang kini menjadi area pertambangan.
Ia menyaksikan sendiri bagian atas pulau yang telah terkeruk dan dipenuhi alat berat. “Separuh pulau itu sudah berupa tanah gundul,” ujarnya.
Unggahan Greenpeace memperkuat kesaksian Angela. Dalam kampanyenya bertajuk The Last Paradise, Greenpeace menyoroti rusaknya alam Indonesia akibat pertambangan.
“Keindahan alam Indonesia dirusak demi kepentingan sesaat dan segelintir oligarki,” tulis mereka.
Greenpeace juga menyoroti peran PT Antam dalam kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut. Mereka menuntut pemerintah bertindak tegas untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.
Menanggapi kritik tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa tambang nikel tidak merusak kawasan wisata utama Raja Ampat.
“Pulau Piaynemo dan Pulau Gag berjarak sekitar 30 sampai 40 kilometer,” ujar Bahlil dalam pernyataannya di Jakarta.
Bahlil juga mengklaim bahwa masyarakat di Pulau Gag mendukung kelanjutan proyek pertambangan. Namun, seiring meningkatnya penolakan publik, pemerintah akhirnya menghentikan sementara izin pertambangan di wilayah Raja Ampat. (Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Comments