Atlet Sepak Bola Amputasi, Pontang - Panting Cari Tempat Latihan
top of page

Atlet Sepak Bola Amputasi, Pontang - Panting Cari Tempat Latihan

SURABAYA - analisapost.com | Meski prestasi mendunia telah ditorehkan dengan kejuaraan bergengsi tingkat wilayah dan nasional telah direngkuh. Namun hal itu tidak menjamin anggota atau pemain klub Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas) mendapatkan hak-haknya dibidang keolahragaan diberikan secara proporsional oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Kapten klub sepak bola amputasi Surabaya (Persas) Kusnul (Foto: Ist)

Pasalnya sejumlah pemain sepak bola amputasi tersebut masih pontang-panting hanya untuk sekedar mencari fasilitas lapangan sepak bola berukuran mini yang mana tidak temukan di kota Surabaya. Kapten klub sepak bola amputasi Surabaya (Persas) Kusnul Yakin merasa prihatin dengan nasib para pemain dan keberlangsungan klub sepak bola yang ia dirikan sejak satu tahun lalu itu.


Menurutnya sejauh ini pihaknya mengklaim belum ada pihak manapun dari sektor swasta dan pemerintah yang benar-benar berkomitmen merangkul sekaligus mengakomodir pemenuhan hak-hak mereka sebagai penyandang disabilitas di bidang keolahragaan secara proporsional.


Kusnul Yakin pernah membela tim nasional sepak bola amputasi Indonesia pada piala dunia sepak bola amputasi tahun 2022 di negara Turki itu. Mengaku kecewa terhadap fasilitas lapangan sepak bola berukuran mini yang tidak kunjung dipenuhi oleh pemerintah kota Surabaya.


“Iya mas kami masih kebingungan mencari lapangan untuk Latihan, tempat itu sebenarnya tidak cukup untuk dibuat latihan fisik. Apalagi untuk program latihan teknik atau strategi permainan," ujar pria yang akrab disapa Inul itu saat diwawancarai media di sebuah warung kopi, Minggu (12/2/23).


Sebagai Kapten tim Kusnul Yakin menceritakan bahwa saat ini Persas telah diakomodir oleh kampus UNESA Ketintang guna menggelar latihan setiap hari minggu pagi.


Inul menambahkan lapangan tanah liat sebenarnya bukan standar untuk dipakai latihan atau bermain sepakbola amputasi karena sangat riskan terhadap potensi cedera dan meningkatkan potensi penambahan kedisabilitasan secara fisik bagi para pemain.


“Lapangan tanah liat apalagi dimusim hujan sangat berbahaya, alat bantu tongkat kami sering ambles dan tidak jarang kami cedera karena terjatuh akibat kubangan berlumpur di area lapangan pada musim penghujan," imbuhnya.

Lebih lanjut Inul merinci jika klubnya pernah diberikan fasilitas latihan di lapangan taman kota oleh pemkot Surabaya. Namun seringkali harus berpindah-pindah tergusur dengan alasan renovasi yang tak ada ujungnya.


“Pertama kami pernah berlatih di lapangan taman Apsari depan Grahadi, yang kedua di taman Jangkar Bibis kelurahan Karah, dan yang ketiga di taman Ronggolawe dekat terminal Joyoboyo. Namun ketiga lapangan tersebut sudah di renovasi dan rumputnya bukan sintetis lagi sehingga kami tidak bisa berlatih lagi di tempat itu," ungkap Inul yang juga mendapatkan beasiswa di Universitas Muhammadiyah Surabaya.


Selain fasilitas yang ia minta, Inul juga meminta secara khusus kepada Walikota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Walikota Surabaya Armudji agar lebih serius untuk memenuhi hak penyandang disabilitas di kota Surabaya untuk turut mendorong Disbudporapar kota Surabaya guna mempercepat proses pendaftaran Persas masuk dalam salah satu cabang olahraga, serta mendapatkan fasilitas sekretariat yang representative di kota Surabaya.


Secara garis besar sepak bola amputasi diperuntukkan bagi mereka yang kehilangan anggota tubuh (kaki atau tangan), serta mereka yang dikategorikan sebagai "Les Autres," yakni seorang yang anggota tubuhnya lengkap namun memiliki kedisabilitasan sejak lahir membuat salah satu bagian tubuhnya tak berfungsi dengan baik.


Sepak bola bisa dinikmati siapa saja, termasuk mereka yang kehilangan anggota tubuh tentunya dengan penyesuaian peraturan tertentu yang ditujukan untuk mempermudah cara menikmatinya. Mereka yang berposisi sebagai kiper adalah mereka yang tangannya diamputasi atau satu tangannya tak berfungsi.


Untuk luas lapangan yang digunakan Standar lapangan sepakbola amputasi adalah berbahan dasar rabat beton berplester dengan rumput sintetis. Luas lapangan yang digunakan adalah 60x40 meter dengan tinggi gawang maksimal 2,2 meter, lebar maksimal 5 meter. Sedangkan untuk lebar kotak penalti adalah 10x8 meter.


“Beri kami fasilitas latihan yang proper pak, insyalloh kami akan terus menorehkan prestasi bagi kota pahlawan di bidang sepak bola amputasi. Selain fasilitas, kami mohon agar Persas segera terdaftar di Disbudporapar kota Surabaya. Karena jika terdaftar, insyalloh dukungan fasilitas dan anggaran relative ada kepastian,"harapnya.


“Sejujurnya kami sangat mendambakan sekretariat sebagai sarana untuk berkumpul dan menjamu tamu-tamu dari luar daerah yang ingin belajar sepak bola amputasi di kota surabaya," tutupnya mengakhiri. (Dna/Che)


Dapatkan update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com

bottom of page