Catatan Seorang Sahabat Dari DR. Sirikit Syah Untuk Hamid Nabhan
top of page

Catatan Seorang Sahabat Dari DR. Sirikit Syah Untuk Hamid Nabhan

Oleh : DR.Sirikit Syah.


SURABAYA - analisapost.com | Kawan satu ini saya juluki manusia paling kreatif dan produktif. Dia menulis banyak buku dan melukis banyak lukisan. Masa pandemi? Tak berpengaruh baginya. Saya beruntung dipercaya olehnya untuk menyunting cerpen-cerpen dan beberapa karya non-fiksinya. Job dari kawan satu ini sangat menolong saya ketika saya diterpa efek kemo yang dahsyat.

Saya hampir putus asa, merasa hidup akan berakhir. Namun dia selalu menyapa: “Ayo tetap semangat!” (sambil mengirimi film-film/DVD yang bagus-bagus), “Makan yang banyak” (sambil mengirim aneka makanan khas Ampel yang yummy), “Ayo kerja lagi!” (sambil kirim naskah-naskah untuk disunting).


Itu membuatku merasa hidup masih punya arti. Sambil menyunting di tempat tidur, saya melatih kepekaan bahasa, melatih jari-jari supaya ngak kaku, mengusir kejenuhan serta menghindari kepikunan.


Karya-karya Hamid Nabhan menarik. Ada tiga lukisannya di rumah saya, ukuran besar maupun kecil. Kecintaannya pada aliran impresionisme membuatnya gatal untuk menuliskan pengetahuan dan pengalamannya menulis tentang itu.


Buku tentang impresionisme ini bisa menjadi pegangan bagi para pembelajar seni lukis, karena ditulis oleh praktisi pelukis. Dia juga menulis sejarah, dan perjalanan ke manca negara (utamanya kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah).


Hamid Nabhan memiliki kepekaan sosial yang tajam. Di awal pandemi, dia menulis cerpen ‘Badut dan Penyair’, yang bertemakan sulitnya hidup di era pandemi. Tak lama kemudian, ketika janji-janji pemimpin jadi bahan kritik, Nabhan menulis cerpen ‘Janji’, tentang adu janji calon kepala daerah di masa kampanye.


Ketika isu korupsi Bansos meledak, lahirlah cerpen ‘Topeng Monyet’, tentang kera yang mencuri bahan makanan di gudang penyimpanan.


Bahkan ketika seorang ustadz bermimpi dan mimpinya dipersoalkan, Nabhan menulis cerpen ‘Mimpi’, tentang seorang yang bermimpi menjadi presiden dan karena itu dia ditangkap dan disiksa.


Hampir semua cerpennya ditulis dengan gaya bahasa sederhana, dengan alur yang tidak rumit, sehingga enak dibaca dan mudah dipahami.


Membaca karya Hamid Nabhan seperti menyaksikan kehidupan sosial politik Indonesia sekarang. Membaca karakter-karakter dalam cerpennya, seperti melihat diri kita sendiri. Itulah kekuatan seorang Hamid Nabhan.


DR. Sirikit Syah dimata Hamid Nabhan


Sebelum puasa saya kuliner di jalan KHM Mansur memang saya sering mengajak beliau ketempat tempat kuliner masakan Timur Tengah karena Bu Sirikit sangat menyukai masakan Timur Tengah, sewaktu studi di Inggris, Bu Sirikit dekat dengan teman-temannya yang berasal dari Timur Tengah dari situ awal perkenalan dengan masakan Timur Tengah.


Kesannya Bu Sirikit itu seperti Dian atau pelita yg menerangi teman-temannya, selalu memberi semangat dan pemikiran Bu Sirikit sangat kekinian.


"Saya dan Bu Sirikit saling memberi semangat lebih lebih ketika pandemi lagi marak." Katanya


Lanjut disampaikan, "Sebelum masuk rumah sakit Bu Sirikit telpon dan bercerita tentang batu di empedunya dengan suara menahan sakit, itulah terakhir saya komunikasi bersama Bu sirikit."ujarnya lirih


"Saya merasa sangat kehilangan Bu Sirikit sebagai satu-satunya orang yang selalu menjadi teman diskusi tentang film (movie). Bu Sirikit seorang yang sangat mengerti tentang film. Biasanya saya selalu memberi DVD movie setelah nonton lalu diskusikan lewat telpon atau datangi kediamannya."jelas Hamid


"Film-film klasik atau film-film keluaran baru yang berbobot, sampai Bu Sirikit membuat satu group di wa yang diberi nama ngopi nobar yang isinya orang orang mempunyai hobi yang sama yaitu hobi nonton." Kenang Hamid


"Saya menyesal tidak bisa menghadiri pemakamannya. Sewaktu mendengar langsung saya berangkat menuju kediaman dan bertemu keluarganya. Beliau sering memberi masukan tentang dunia jurnalis, dan ketika terakhir Bu Sirikit mengatakan nanti kalau mau edit bisa ke anak saya ini seperti firasat untuk perpisahan antara saya dan Bu sirikit."Tutupnya mengakhiri pembicaraannya lewat whatsapp saat di konfirmasi oleh awak media Analisa Post tentang kedekatan beliau semasih almarum ada.


Selamat jalan Sahabat, Semoga Tenang dan Damai di Tidur panjangmu (Che)

1.090 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page