Jeritan Hati Pemilik Hotel dan Pengusaha Akibat PPKM
top of page

Jeritan Hati Pemilik Hotel dan Pengusaha Akibat PPKM

Diperbarui: 2 Agu 2021


Gresik, Analisa Post | Imbas dari pandemi dan diadakannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sangat merugikan semua sektor. Banyak perusahaan yang gulung tikar. Selain itu jumlah pengangguran pun meningkat miris memang jika di lihat. Sabtu (31/07/2021)


Adanya PPKM membuat masyarakat terbunuh secara pelan-pelan. Belum lagi soal bantuan yang tidak jelas dan tidak tepat sasaran. Banyak curhat masyarakat yang di dapat awak media Analisa Post saat menelusuri dan berkeliling untuk melihat kondisi sekarang ini.


Industri Pariwisata, Perhotelan dan Restoran merupakan salah satu sektor yang mengalami dampak signifikan akibat kebijakan tersebut.


Seperti yang di sampaikan ketua PHRI Jawa Timur, Dwi Cahyono melalui Whatsap di sampaikan, "Pengusaha Resto dan Hotel sudah pasang bendera putih. Efisiensi, merumahkan karyawan. Menghemat listrik. Fasilitas yang tidak penting dihentikan. Mengajukan stimulus pajak, pln, perbankan, pdam, bpjs ke pemerintah daerah dan pusat." Katanya.


Dengan demikian, PPKM Darurat berdampak langsung melemahnya ekonomi sehingga terjadinya penurunan khususnya hotel non program karantina dan penampungan OTG.

Foto : Div (Salah Satu pemilik Hotel dan travel)

Seperti yang diutarakan Alien Aldianto Digdoyo anak pemilik Hotel Yoschi Digdoyo Djamaludin Putra yang kerap di sapa Pakde Yoyok di kawasan wisata Bromo, jalan raya Bromo Desa Wonokerto, Ngadisari Kecamatan Sukapura, Probolinggo juga bercerita bahwa Hotel Yoschi merupakan Hotel tertua di Bromo. Sekarang masa jaya-jayanya seakan mulai redup.


Penurunan terhadap pesanan kamar maupun usaha restoran, kemudian terjadinya pembatalan pesanan baik kamar, maupun ke pengembalian uang atau down payment, penutupan mall memaksa penghentian kegiatan restoran sehingga menimbulkan masalah tidak bisa bayar sewa, bayar gaji karyawan akhirnya merumahkan karyawan bahkan PHK yang tentunya akan berdampak pengangguran besar-besaran.


"Sekarang saya untuk makan susah. Bantuan sembako ataupun BLT buat karyawan hotel tidak pernah ada sama sekali. Benar benar terpuruk. Kadang-kadang ada teman-teman yang kasih pinjam uang, kasih beras. Ada juga yang ngasih uang iklas meskipun mereka juga sulit." Ujar Aldi sebagai General Marketing Hotel Yoschi selain sebagai Putra dari pemilik Hotel.


"Saya berharap pemerintah mau melihat dan mendengar keluhan kita. Kita siap mengikuti protokol kesehatan, kita siap mengikuti aturan yang di berikan. Tetapi kebijakan-kebijakan ini pun seharusnya perlu di pertimbangkan. Sekarang semua Hotel disana sudah pasang bendera putih mas." Katanya sendu.

Foto : Dokpri

Lanjutnya, "Sebelum masa pandemi penghasilan atau keutungan Hotel lebih dari cukup. Tetapi dua tahun ini kondisi berubah. Mau bayar listrik dan air sudah tidak mampu. Kalau mau diputus silakan. Aset sekitar hotel juga di jual. Tapi belum laku-laku. Sampai jual beli isi rumah untuk hidup minta bantuan.mau gimana lagi tidak ada uang." Paparnya lirih.


Dalam hal ini, seharusnya pemerintah memberikan ijin para pelaku pariwisata atau pengusaha untuk audiens mencari solusi agar mereka tetap bisa bertahan. Bagi para pengusaha pariwisata, yang awalnya membawa tamu keliling, bisa saja mereka membawa pasien yang OTG untuk refresing.


UKM dan restoran, bisa bekerjasama dalam memberikan makanan sehat buat pasien yang terpapar dan yang OTG. Dengan begitu sektor industri tidak sepenuhnya mati. Berharap pemerintah bisa lebih peka terhadap kondisi sekarang. Karena rakyat membutuhkan bantuan.(Che/Dna)




443 tampilan0 komentar
bottom of page