top of page

Kolaborasi Budaya Indonesia-Jepang Hadirkan "Makanan Lintas Bangsa"

Diperbarui: 9 Sep

GRESIK- analisapost.com | Kolaborasi unik antara seniman Tokyo, Jepang, spesialis playground interaktif Satsuki Imai,Phd dengan komunitas permainan tradisional Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo melahirkan pengalaman seni interaktif bertajuk “Makanan Lintas Bangsa.” Pameran ini digelar di Gresik sebagai ruang temu lintas budaya antara Jepang dan Indonesia.

 Kolaborasi unik antara seniman Jepang, Satsuki Imai, dengan komunitas permainan tradisional Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo
 Kolaborasi unik antara seniman Jepang, Satsuki Imai, dengan komunitas permainan tradisional Kampung Lali Gadget (KLG) Sidoarjo (Foto: Div)

Dalam gelaran tersebut, pengunjung diajak menikmati perpaduan seni dan kuliner. Karya andalan Satsuki, "Human Sushi", menjadi sorotan utama. Instalasi ini memungkinkan manusia masuk ke dalam replika sushi berukuran raksasa dan merasakan sensasi digulung dengan bahan sushi yang empuk.


Namun, kali ini eksperimen tidak berhenti pada budaya Jepang. Bersama Kampung Lali Gadget, Satsuki mengembangkan ide serupa dengan tiga kuliner khas Jawa yakni kue lapis, ingkung ayam, dan wedhang. 


Setiap hidangan diolah bukan hanya sebagai santapan, tetapi juga sebagai medium bermain, berinteraksi, dan merasakan pengalaman budaya secara langsung.


"Melalui Human Sushi saya ingin mengajak orang melihat makanan bukan sekadar untuk dimakan, tetapi juga sebagai ruang bermain, merasakan, dan terhubung. Di Sidoarjo, saya menemukan energi baru karena makanan Indonesia seperti kue lapis dan ingkung ayam memiliki karakter yang sangat kaya untuk dikolaborasikan,” ujar Satsuki Imai kepada AnalisaPost, Sabtu (6/9/2025).

Seniman Tokyo Jepang, spesialis playground interaktif, Satsuki Imai
Seniman Tokyo Jepang, spesialis playground interaktif, Satsuki Imai (Foto: Div)

Ia menambahkan, pertemuan budaya ini lahir dari semangat kebersamaan. “Bagi saya, kolaborasi dengan Kampung Lali Gadget menunjukkan bahwa permainan tradisional dan makanan bisa menjadi bahasa universal. Anak-anak, orang dewasa, siapa saja bisa terlibat tanpa batasan bahasa,” imbuhnya.


Keunikan acara semakin lengkap dengan hadirnya nuansa musikal Jawa. Tembang "Jamuran" yang lekat dalam ingatan masyarakat, dibawakan untuk mengikat suasana.


Lantunan lagu tersebut menghadirkan nuansa magis sekaligus keceriaan, seolah pengunjung benar-benar berada dalam pesta lintas bangsa yang cair dan penuh warna.


Tidak berhenti pada satu gelaran, proyek “Makanan Lintas Bangsa” juga menyimpan harapan jangka panjang. Satsuki Imai bersama Kampung Lali Gadget berencana membawa konsep ini ke kota-kota lain di Indonesia, sekaligus membuka kemungkinan tampil di Jepang.Tujuannya, agar semakin banyak anak-anak dan keluarga yang dapat merasakan pengalaman bermain lintas budaya ini.


"Harapan saya, melalui karya ini anak-anak bisa belajar bahwa budaya itu dapat bersatu tanpa kehilangan identitasnya. Permainan dan makanan adalah cara yang paling menyenangkan untuk belajar toleransi, menghargai perbedaan, sekaligus merayakan kebersamaan," tutup Satsuki.


Sementara itu, perwakilan Kampung Lali Gadget, Lutfian Rizki, menilai program ini sejalan dengan misi mereka menghidupkan kembali tradisi bermain di tengah gempuran gadget.

Foto bersama usai memperkenalkan parmainan tradisional
Foto bersama usai memperkenalkan parmainan tradisional (Foto: Div)

"Kami ingin menghadirkan ruang bermain yang segar. Melalui kolaborasi dengan seniman internasional, anak-anak bisa merasakan bahwa permainan dan budaya adalah hal yang menyatukan," jelasnya.


Gelaran pemainan "Makanan Lintas Bangsa" pun menjadi bukti bahwa seni dan kuliner mampu menembus batas negara, melahirkan ruang baru bagi pendidikan, kreativitas, dan persaudaraan.


Pertemuan antara Human Sushi dan kuliner Jawa membuktikan bahwa makanan dapat melampaui fungsinya sebagai santapan, menjelma menjadi wahana imajinasi, interaksi, dan persaudaraan lintas bangsa. (Dna)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

Komentar


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya