Sosok Wina Wanita Pejuang Bagi Kaum Papa dan ODGJ
top of page

Sosok Wina Wanita Pejuang Bagi Kaum Papa dan ODGJ

Diperbarui: 4 Jan 2023

SIDOARJO - analisapost.com | Keterbatasan informasi mengenai kesehatan mental belum banyak dipahami oleh masyarakat. Hal itu membuat penilaian masyarakat terhadap pengidap gangguan kesehatan mental menjadi negatif.

Wina, aktivis dan pembina odgj Sidoarjo (Foto: Div)

Belum lagi stigma masyarakat terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) masih tinggi. Tim Analisa Post berkesempatan berbincang-bincang langsung dengan Wina, sebagai pembina yang merupakan aktivis kesehatan mental dan wanita ini pernah mendapat nominasi penghargaan Citra Kartini 2018 semua diawali pada tahun 2012.


Wanita yang bekerja dengan segenap hati tanpa adanya bayaran atau tidak mendapatkan gaji, ia memaparkan visinya peduli terhadap kaum papa dan ODGJ ini untuk mengikis stigma masyarakat dan mengandeng banyak pihak dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Dalam pengabdian dibutuhkan waktu, kerja keras dan pengorbanan berat tidak jarang nyawa bisa jadi taruhan berikut penuturannya.


Kapan mengawali berkegiatan sosial ?


Kegiatan ini saya awali pada tahun 2012 pada saat ulang tahun saya, atas ijin suami dan kepala dinas sosial, saya merambah ke jalanan di Sidoarjo. Hal ini saya lakukan karena ingin melalukan sesuatu yang bermanfaat. Awalnya anak-anak jalanan saya ajak belajar membaca meskipun sempat mengalami insiden di ancam dengan celurit. Tapi saya tidak gentar dengan segala cara, saya berusaha untuk menyelesaikan masalah itu.


Setelah kejadian itu, tahun 2014 saya mulai membuat Save Street child (SSC) Sidoarjo bersama Dwi Prasetyo. Mereka sempat disekolahkan bahkan ada yang berprestasi, lokasinya ada di daerah Lemah Putro dan Candi. Kita juga berkolaborasi bersama anak-anak mahasiswa setiap hari sabtu di alun-alun dan hari Minggu di Lemah putro sama Candi. Mereka juga pernah mengikuti pelatihan melalui Dinsos di Jombang selama 6 bulan pelatihan kerja ada otomotif, potong rambut dan menjahit.


Alasan apa yang membuat Wina merawat ODGJ ?


Saya melakukan aksi karena ingin merangkul masyarakat untuk mengubah stigma terhadap kesehatan mental seperti mengedukasi sehingga menjadi berkat buat banyak orang. Kami memberikan dukungan moral, kenalkan dunia luar agar mereka tetap merasakan bahagia. Kami berkolaborasi dengan beberapa komunitas seperti Sedekah Barokah, Red Jaket dari Komunitas Gojek, untuk membersihkan tubuh mereka, potong kuku, potong rambut dan lain-lain.


Menurut saya hidup itu lebih berarti jika bisa berbagi karena itu tidak bisa dinilai dengan materi. Sebab kepuasan itu bagi saya adalah pencapaian yang sangat luar biasa tidak ada kata lelah, bagi saya bermain, ngobrol sama mereka adalah kebahagiaan tersendiri.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Komnas perlindungan Anak Kota Surabaya, Saiful Bachri (Foto: Div)

Bagaimana menurut Wina pandangan masyarakat terhadap ODGJ ?


Keterbatasan informasi masyarakat terhadap ODGJ membuat penilaian masyarakat menganggap mereka adalah aib sehingga menimbulkan diskriminasi, penghinaan, bahkan menjauhi. Akibatnya nilai buruk yang diberikan kepada penderita membuat orang yang membutuhkan bantuan tenaga ahli enggan untuk ditangani sehingga penderita ODGJ malu untuk berada dimasyarakat.


Lalu Bagaimana cara menghadapi stigma tersebut ?


Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika berhadapan dengan stigma masyarakat seperti pengobatan yang tepat, tidak mengisolasi diri, bergabung dengan kelompok pendukung atau komunitas. Dan pemerintah perlu melakukan berbagai upaya mulai dari mengedukasi, menerapkan sistem pelayanan kesehatan jiwa dan berkesinambungan di masyarakat.


Selain itu menggerakan masyarakat untuk melakukan upaya mendeteksi dini gangguan jiwa serta pemberdayaan ODGJ agar hidup mandiri, produktif di tengah masyarakat tanpa diskriminasi.


Sebagai generasi muda perlu melakukan aksi melalui sosmed dengan menggandeng pemerintah dan instansi kesehatan untuk memulai aksi penyuluhan bersama sehingga isu kesehatan mental bisa tersampaikan ke masyarakat dan mengikis stigma itu.


Dukungan seperti apa yang Wina lakukan sebagai pejuang kaum papa dan ODGJ yang membutuhkan ?


Untuk peduli ODGJ saya dan teman-teman selalu datang kesini merawat mereka tujuannya membuat mereka bersih karena kadang dirambutnya ada kutu. Untuk laki-laki dan perempuan, biasanya kita gundul agar tidak ada kutunya tapi kadang-kadang yang perempuan rambutnya kita potong pendek tergantung kondisi.


Kesulitan apa yang dialami selama bergaul dengan para ODGJ


Respon mereka biasanya berontak kalau belum kenal bahkan ada yang mencakar. Bagi saya itu merupakan tanda cinta mereka seperti kenang-kenangan. Tapi setelah mereka kenal, biasanya mereka minta dan tanya kapan rambutnya dipotong.


Kesulitannya ketika mereka marah-marah kemudian berontak kadang saya diludahi, nah seperti itu kita harus bisa menahan emosi karena waktu kita datang, kita tidak tau kondisi mereka labil atau tidak jadi mau marah juga tidak bisa cuma bisa mengelus dada.


Hari ini ada 97 orang yang rambutnya saya potong. Saya lebih kependekatan tujuannya memanusiakan manusia karena kita itu sama hanya akal dan pikirannya terganggu, jadi kita tidak boleh membedakan. Dalam hal ini saya tidak bisa menggambarkan dan melukiskan dengan apapun kebahagiaan ketika melihat mereka dirawat disini dan berharap mereka bisa menjadi lebih baik lagi, bisa mengingat lagi dan bisa kembali umpul bersama keluarganya.


Apakah pernah lelah dan ingin berhenti atau ingin berpindah ?


Pindah, berhenti ? pernah itu tercetus awal tahun 2020 saat saya sakit parah selama 1 bulan usai saya mengikuti kegiatan bersama Ketua Komnas Perlindungan Anak Surabaya, Syaiful Bachri dan Paud Institute, Kak Tuti.


Ngak kuat karena banyak mendapat cobaan hidup yang berat, baik itu fitnah dan lain-lain tapi ternyata tidak bisa gara-gara rumah saya di gedor sama anak yatim minta beras, sedangkan saya sendiri cuma punya beras 2 kilo. Akhirnya melihat hal seperti itu, kembali saya bangkit dan berkata "saya harus berjuang untuk mereka karena mereka membutuhkan kita" itu yang ada di benak saya. Dan saya juga berterima kasih kepada Tuhan karena saya dipertemukan dengan orang-orang baik meskipun disisi lain saya tambah banyak musuh. Saya disini tidak sendiri ada juga bunda Nurul, Bunda Ida yang membantu sebagai pengajar.

Ali Muhyidin atau Cak Yid saudara dari Bapak Drs. Ahmad Misbahul Munir kepala Dinas Sosial Sidoarjo yang di beri amanah untuk menjaga Panti Asuhan (Fot: Div)

Bagaimana pendapat Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Komnas perlindungan Anak Kota Surabaya menyingkapi sikap Wina?


Saiful Bachri, SP atau biasa di sapa kak Saiful, mengatakan banyak orang berpikir Wina melakukan hal seperti itu hanya untuk pencitraan, tetapi kita tahu tidak semua orang mau berpikir seperti itu dan mau bekerja tidak dibayar.


Dibalik itu semua, mbak Wina terus maju bersemangat, karena kita tau tidak semua orang mau memperhatikan kesejahterahaan ODGJ. Kita tidak perlu adanya pengakuan, kita tidak perlu adanya apresiasi, yang kita tahu adalah, ketika mbk Wina tidak hadir disini, banyak orang yang menanyakan ketidak hadirannya.Trus untuk keberlangsungan hidupnya hanya mengandalkan Tuhan ini adalah prestasi yang luar biasa.


Ini merupakan semangat sosok Kartini. Wina adalah Wina bukan Kartini. Mau Kartini masa kini masa depan atau milenial beliau tetap mbak Wina karena yang perlu diapresiasi adalah bukan Kartini, tetapi semangat sosok Kartini yang ada didalam dirinya. Intinya penghargaan itu bukan yang terlihat tapi yang tersirat.


Bagaimana peran saudara Kadinsos Sidoarjo yang mendapat amanah?


Dengan ada saudaranya Bapak Drs. Ahmad Misbahul Munir kepala Dinas Sosial Sidoarjo, Ali Muhyidin atau Cak Yid, dimana beliau diberi amanah untuk merawat panti asuhan milik bu Ninik, seorang pengusaha mulai tahun 2007, sudah berkecimpung di dunia sosial kemudian pada tahun 2019 menjadi anggota DPRD dan Suaminya menjadi anggota DPR-RI tentunya sangat membantu.


Sebagai bentuk konsep memanusiakan manusia yang membutuhkan tempat berlindung dan pendampingan karena memiliki masalah mental, seperti ada pengemis/gepeng, Orang Gangguan Jiwa (ODGJ), lansia dan orang terlantar, tentunya kami berikan perhatian kepada mereka. Berharap keberadaan tempat ini akan sangat membantu merawat orang-orang dengan kondisi tersebut daripada berada diluar.(Dna)


Dapatkan update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com

225 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page